Minggu, 25 Juli 2010

Yang Miskin Yang Tuhan Kasihi

Beberapa bulan belakangan ini beberapa kali aku kembali bersentuhan dengan orang-orang pinggiran ato yang dikenal dengan kaum marginal. Setelah beberapa lama (sudah hampir 1 tahun) aku tidak bertatap muka dan bergaul dengan mereka karena tugas akhir kuliah yang harus segera diselesaikan.

Bertemu, bertatap muka dengan mereka membuat aku kembali merasakan kehidupan bersama dengan mereka 1 tahun yang lalu ketika aku tahu bahwa aku harus hidup bagi Kristus melalui setiap mereka. Bertatap muka dan bersentuhan dengan mereka selalu membuat hatiku terbeban dan menangis di hadapan Tuhan. Miris, sedih dan hati terasa di sayat-sayat ketika harus mengetahui bagaimana mereka harus hidup di kota besar ini. pekerjaan mereka yang serba kurang, tidak layak, dan bahkan dipandang hina bagi banyak "kaum pejabat" di negeri ini. mereka unskill, tidak memiliki ketrampilan khusus, mereka mengandalkan dari apa yang mereka punya untuk bertahan hidup, aset terbesar mereka adalah tenaga mereka, tubuh mereka. kalau mereka terlalu capek bekerja dan jatuh sakit mereka tidak dapat penghasilan dan tidak dapat makan hari itu.

Pagi ini saat aku berdoa, aku semakin tahu bahwa hati Tuhan adalah untuk kaum marginal. Yesus sangat konsen dengan kaum yang dipandang dunia sebagai "kaum rendahan" ini. Dalam perenungan ku, aku berpikir, mengapa Tuhan begitu perduli dengan orang-orang ini? mengapa Tuhan Yesus selama 3.5 tahun begitu konsen dengan kehidupan mereka? segera aku bergerak mencari ayat2 Firman Tuhan tentang orang2 miskin ini.

Ketika Yesus datang, Yesus memilih untuk lahir di tengah-tengah keluarga yang miskin. Yusuf dan Maria adalah orang-orang yang takut akan Tuhan tetapi mereka miskin secara materi (bandingkan Luk 2:24 dng Im 12:6-8). selama 30 tahun Yesus hidup begitu dekat dengan kemiskinan. Nazareth adalah kota miskin yang dipenuhi dengan orang-orang miskin dan banyak penjahat berasal dari Nazareth. tidak ada sesuatu yang baik yang berasal dari Nazareth (Yoh 1:46). kota Nazareth itu kota yang miris.

Sejak Yusuf tiada, Yesus bekerja lebih keras untuk menghidupi adik-adiknya. Yesus datang untuk melayani bukan dilayani. Dan di tengah-tengah himpitan ekonomi yang tinggi serta kehidupan Nazareth yang keras, Yesus memberikan hidup-Nya habis-habisan bekerja keras untuk menghidupi keluarga-Nya sebagai anak tertua sekaligus tulang punggung keluarga hingga usia 30 tahun. Yesus harus mengetahui dan merasakan kehidupan manusia yang paling menderita untuk dapat melakukan karya penebusan-Nya bagi manusia (Ibr 4:15).

Dalam pelayanan Yesus selama 3.5 tahun. Yesus tetap bergaul dengan orang-orang kecil yang dunia pandang hina ini. Mengapa Yesus hidup ditengah-tengah kaum miskin? Mat 11:5 berkata bahwa akan diberitakan kabar baik kepada orang-orang yang miskin secara materi. Orang-orang miskin butuh kabar baik, hampir tidak ada sesuatu yang baik yang dapat dikecap oleh kaum miskin. orang-orang miskin hidup dengan diasingkan oleh sesamanya, mereka lebih rentan terhadap sakit penyakit kronis karena kemiskinan membentuk gaya hidup mereka yang tidak hygienis. Mereka butuh diterima, disembuhkan dari penyakit mereka, disembuhkan dari gaya hidup mereka, dan diberi harapan hidup.

Yesus datang memberikan harapan hidup bagi kaum yang tertolak oleh dunia ini. Yesus datang bukan untuk orang sehat tetapi sakit. Ketika Yesus hidup di tengah-tengah mereka Yesus tidak memberikan uang atau kekayaan kepada mereka karena Yesus tahu bukan itu yang mereka butuhkan. mereka membutuhkan uang memang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari mereka tetapi bukan itu yang utama, mereka membutuhkan penerimaan dan harapan bagi kehidupan mereka, dan Yesus memberikannya. ketika kaum marginal ini diterima dan diberi harapan, mereka akan lebih bersemangat menjalani hidup mereka, mereka akan mengetahui bahwa ada orang-orang yang perduli kepada mereka, mereka akan bersemangat mengembangkan diri mereka dan membuat kehidupan mereka menjadi lebih baik. ini yang Yesus berikan kepada mereka. ketika Yesus memberikan harapan itu, mereka seperti terlahir kembali, dengan semangat baru, penuh sukacita karena Yesus.

Bagaimana dengan kita anak-anak muda yang sedang giat2nya membangun potensi diri, memperlebar kapasitas diri kita di bidang kita masing2? apakah hati Tuhan bagi kaum miskin ada dalam hati kita juga? atau mungkin ada diantara kita yang bahkan jijik bergaul dengan mereka dan memandang mereka hanya dengan sebelah mata? bagaimana dengan visi hidup kita? apakah orang-orang miskin ada di dalamnya?

Yoh 12:8 "karena orang-orang miskin selalu ada padamu..." ayat ini yang muncul ketika doa pagi hari ini. kita sebagai anak-anak muda yang mengikut Yesus mungkin menemukan diri kita hari ini begitu penuh dengan keterbatasan untuk mengulurkan tangan bagi mereka yang miskin. Memang ada cukup banyak anak muda yang menerima panggilan Tuhan bagi dirinya di masa mudanya, meninggalkan kuliahnya untuk pergi ke daerah-daerah terpencil dan terbelakang, pergi ke daerah-daerah miskin dan tertinggal, hidup bagi masyarakat di sana membagikan apa yang Yesus dulu pernah bagikan bagi kaum miskin. namun bagaimana dengan kita yang TIDAK TERPANGGIL untuk itu?

Ingatkah kita kepada cerita dalam 3 injil sinoptis tentang orang muda yang kaya yang memanggil Yesus sebagai Guru yang baik? cobalah melihat perikop ini dengan sisi sudut pandang yang berbeda. kita akan menemukan apa yang dapat anak-anak muda sekarang lakukan bagi kaum miskin.
Yesus berkata "juallah semua yang ada padamu dan ikutlah Aku". Apa yang adapada kita hari ini? kuliah kita? uang bulanan kita? gaji kita? ketrampilan kita? kreatifitas kita? "juallah semuanya itu, berikanlah kepada kaum miskin dan ikutlah Aku" kata Tuhan.

Apapun bidang kita hari ini yang kita sedang geluti, sungguh-sungguh dalamilah itu dengan serius, jadilah profesional di bidangmu. Jadilah kepala dan bukan ekor di bidangmu, bangunlah network seluas-luasnya dengan banyak orang dan genapilah visi Tuhan dalam hidupmu. kenapa? kembali lagi kepada perkataan Tuhan Yesus, "karena orang-orang miskin selalu ada padamu".

mungkin hari ini kita hanya bisa menyumbangkan doa kita, daya kita dengan hanya "mampir-mampir" ke ladang misi liat-liat, dan uang kita melalui BIT The World atau semacamnya. tetapi kelak kita akan bisa lakukan hal yang lebih besar lagi dari yang sekarang bisa kita lakukan bagi kaum miskin. Anak-anak Tuhan harus mengambil tanggung jawab atas bangsa ini, tanggung jawab yang pemerintah kita tidak ambil haruslah diambil oleh anak-anak Tuhan.

Sebagai penutup aku mengambil bagian ayat dari surat Paulus kepada jemaat di Galatia tentang bagaimana Paulus dengan segala kesibukan, pergumulannya dan jabatannya sebagai rasul yang semakin tinggi tetap tidak melupakan orang-orang miskin yang ada disekitarnya bahkan dengan sungguh-sungguh mengingatnya. Siapapun kita, setinggi apapun jabatan kita bidang kita, seberat apapun pergumulan kita, dan sesibuk apapun kita untuk kita sungguh-sungguh mengingat bahawa ada orang-orang miskin di sekeliling kita yang membutuhkan pengharapan dari Yesus yang mana pengharapan itu telah ada pada kita. Memperoleh dengan cuma-cuma dan bagikanlah dengan cuma-cuma.

Galatia 2:10, "Hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya."

GBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar