Selasa, 28 September 2010

Multi Level Marketing (MLM) dan Alkitab (Bagian 2)

Sumber: Buletin Pemuda GRII (Pilar)
http://www.buletinpillar.org

Karena keterbatasan waktu untuk membahas secara menyeluruh ulasan Firman Tuhan mengenai MLM, Kiasu, Reffie, dan Steve setuju untuk bertemu kembali seminggu kemudian dan masing-masing akan meriset lebih jauh mengenai hal-hal yang telah mereka dapatkan. Lima hari berlalu, Susan dan Kiasu bertemu di Café Pillar untuk membahas perekrutan Kiasu menjadi anggota MLM.

Susan: Jadi gimana, kamu udah mikir-mikir blom tentang join MLM yang waktu itu kamu dateng presentasinya?

Kiasu: Aku agak ragu nih sekarang karena kemarin aku ngobrol-ngobrol ama Steve dan Reffie. Menurut mereka sih, terutama Reffie yah, MLM itu kurang bagus dan juga ndak biblikal.

Susan: Heh? Gak biblikal? Yang bener aja…. Wong manajerku juga dari satu gereja denganku koq. Aku sih ndak meragukan kekristenannya dia deh. Orangnya baik, berkharisma lagi. Mana dia selalu kasih persembahan besar untuk gereja. Dia bahkan di presentasi yang waktu itu quote beberapa ayat Alkitab yang mendukung, kan? Justru sepertinya sistem MLM sesuai dengan beberapa prinsip Alkitab. Coba jelaskan apanya yang bertentangan?

Kiasu: Emang mereka sih ndak banyak ngutip ayat Alkitab secara jelas-jelas tetapi katanya MLM ini berkaitan erat dengan filsafat New Age.

Susan: Filsafat New Age? Itu yang sering bermeditasi segala bukan? Masa sih ada hubungannya ama MLM? Kalo ada pun, emang apa jeleknya New Age? Emang kita kan dah berada di Zaman Baru. Orde Baru sudah berlalu. Namanya juga kemajuan zaman.... Bagus donk!

Kiasu: Emang sih waktu manajermu presentasi terlihat sangat convincing. Tetapi apa yang dijelaskan ama Reffie kemarin juga banyak membukakan tentang kebobrokan MLM. Sayang kamu ndak ada sih kemarin waktu kita diskusi.

Susan: Aah, masa sih MLM bobrok? Wah, mereka mau merusakkan nama baek MLM nih! Mungkin mereka ga gitu suka kita sukses, Su! Atau mereka tipe yang males-malesan? Sejauh ini MLM yang aku ikutin ga bobrok kok.... Jangan mau kemakan ama omongan mereka, Su!

Kiasu: Eh, tunggu dulu.... Jangan cepet-cepet ambil konklusi kayak gitu, San. Mereka tau apa yang mereka bicarakan loh. Selain tentang semangat New Age yang ada di belakang MLM, waktu itu kita diskusi tentang sejarah MLM yang mungkin kamu sendiri ndak tau. Kebetulan aku bawa catetan singkat tentang hasil pembicaraan kemaren. Nih, mau baca bentar?

Susan: Hehe.... Bener-bener kiasu sekali kamu ini, sampe semua dicatetin. Mana, sini, aku baca...

Susan membaca catatan Kiasu. Sementara itu, Kiasu pelan-pelan mencicipi Mocha Latte-nya...

Susan: Hmm... dalem juga bahan yang kalian bahas. Jujurnya sih aku ga pernah tau sejarah MLM sampai segitunya. Tapi aku tetep ga setuju kalo MLM itu buruk. Walopun seandainya jikalau andaikata benar MLM dipengaruhi New Age, aku yakin banyak sekali MLM-ers seperti aku yang menjalankan MLM tanpa bermotivasi filsafat New Age. Dan kamu sendiri tahu kalo ada ayat-ayat Alkitab yang mendukung MLM. Selama sesuatu itu baik dan didukung Alkitab, then why not? Coba, ayat mana sih yang menentang MLM?

Kiasu: Wah, kalo tentang ini, aku juga ndak gitu ngerti. Tapi, lusa kita ketemuan lagi di sini jam 4 sore untuk bahas positifnya MLM. Kamu bisa nanya ke mereka langsung kalo kamu ikut. Gimana, mau?

Susan: Boleh juga! Aku mau diskusi langsung sama mereka. Ga rela MLM dijelek-jelekkan begitu! Eh, btw, aku pinjem catetan kamu ya? Aku mau coba cerna and counter-argue. Kalo aku bisa counter mereka, siapa tau mereka mau join MLM juga akhirnya?

Kiasu: Haha... mencari kesempatan dalam kesempitan nih yeee? Ya udah, pinjem aja.... Tapi lusa jangan lupa balikin ke aku ya? Oh iya, jangan lupa bawa Alkitab juga!

Dua hari berikutnya di café yang sama.

Susan: Guys, Sayang aku nggak ikut waktu itu yah. Menurut Kiasu, I miss a good discussion on MLM. Tapi aku uda baca catatan yang ditulis Kiasu tentang diskusi kalian.

Steve: Enak juga ya, kalo punya sekretaris kaya Kiasu? Waktu hari itu, dia pake jurus nyatet-tanpa-bayangan. Cepet banget! Hehehe.… Anyway, back to the topic. Menurut kamu gimana hasil diskusi kita, San?

Susan: Kalau menurut apa yang dipaparkan sih, poin-poin yang kalian kemukakan itu sih terlalu biased yah. Mungkin karena kalian belum pernah join sistem MLM sebelumnya. Beda donk dengan aku yang udah tau luar dalamnya dan juga udah menikmati sebagian dari apa yang MLM tawarkan (sambil menggoyang-goyangkan jam Rolex-nya).

Steve: Ato mungkin juga terlihat biased karena kamu yang sudah kurang objective lagi, kan kamu sudah terlanjur nyemplung di dalem MLM cukup lama.

Reffie: Ehem ehem, sebaiknya kita memulai diskusi kita ini dengan attitude yang benar yaitu untuk mencari kebenaran. Yang memang baik harus kita bilang baik dan juga sebaliknya, yang buruk harus kita bilang buruk. Dan tentunya standar pengukur baik atau buruk itu bukan diri kita sendiri tetapi Alkitab, Firman Allah sendiri. Semua setuju kan?

Semua: Setuju!

Reffie: Kita rencananya mau bahas sisi positif MLM pertemuan ini. Tapi sebelumnya, aku rasa kita harus tau bagaimana pandangan Alkitab tentang MLM ini. Bagaimana hasil research kalian, guys?

Steve: Gua waktu merenungkan dan research lebih dalem, ada yang mengatakan bahwa memang NAM yang men-drive tetapi arus pokok MLM tuh adalah filsafat humanis materialistik di mana selalu tujuan akhir MLM adalah to get material success yaitu dengan cara membuat manusia sadar bahwa dia itu sebenarnya mampu, bukan hanya mampu tetapi juga harus mencapai goal tersebut.

Susan: Loh apa salahnya? Kan material success itu juga salah satu tanda berkat Tuhan. So biar orang dunia bisa lihat bahwa Tuhan memberikan berkat-Nya melimpah kepada kita sebagai bukti kita orang Kristen.

Reffie: Di Yeremia 9:23 dikatakan, “Beginilah firman TUHAN: ‘Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena...’” Karena apa?

Kiasu: Ayat 24 yaitu bahwa “ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.”

Reffie: Kita tetap harus ingat bahwa menjadi kaya itu tidak salah, tetapi sumber, cara mendapatkan, dan motivasinya harus benar di hadapan Tuhan, baru kita bisa bertanggung jawab atas kekayaan kita sebagai anugerah Tuhan. Biar tidak ngelantur ke mana-mana pembahasan kita, jadi gimana kalau kita mulai dari original purpose dari marketing hingga berkembang menjadi MLM, kemudian apa yang Alkitab soroti dalam perkembangan tersebut terutama khususnya tentang MLM, lalu common grace apa yang ada di MLM. OK ga?

Steve & Kiasu: Sip!

Susan: Aku sih OK-OK aja. Penasaran juga pengen tau. Tapi kalo bisa, pembahasannya jangan kelamaan. Aku nanti jam 6 udah harus pergi ada seminar penting.

Reffie: Ok, San. Pengertianku dalam perkembangan marketing ini juga terbatas, mari yok kita sama-sama memikirkan. Apa sih marketing dan tujuan awalnya?

Kiasu: Orang marketing pasti tau marketing itu tentang 4P – Product, Price, Promotion, and Place atau distribusi.

Reffie: Awalnya semua produk yang dihasilkan haruslah hasil produksi yang berkualitas dan bertanggung jawab untuk memenuhi tuntutan kebutuhan. Marketing bertugas menjembatani antara yang menghasilkan produk dan yang membutuhkan produk tersebut, tetapi bagaimana zaman sekarang?

Kiasu: Marketing bukan lagi berfungsi untuk menjembatani sampai kepada yang butuh melainkan gimana caranya nyiptain keinginan yang mungkin manusia sama sekali ndak butuh sebenarnya.

Steve: Betul tuh, kalian masih ingat mainan tamagochi alias virtual pet? Itu contoh paling jelas tuh soalnya adik gua tergila-gila, padahal kalau dipikir-pikir siapa yang butuh?

Reffie: Untuk menghemat waktu, kita tidak detilkan satu persatu, tapi kita tahu 4P sudah diselewengkan demi memuaskan nafsu yang tidak terkendali.

Susan: Nafsu apa?

Reffie: Manusia hanya bisa dua jenis: yang hidup untuk Tuhan atau yang hidup untuk Setan. Jadi kalau ditanya nafsu apa, jawabannya nafsu yang tidak untuk Tuhan.

Steve: Contohnya semangat humanis yang kamu sebut-sebut tadi itu yah?

Reffie: Iyah, kita sebagai orang Kristen yang sejati harusnya menerapkan prinsip ekonomi yang selalu berpulang kepada doksologi Kristen “segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya,” tetapi semangat humanis menjadikannya segala sesuatu adalah dari saya, oleh kekuatan saya, dan kepada saya. Segala kemuliaan untuk saya/diri pribadi. Mungkin kita katakan bukan untuk diri semata-mata, tapi apakah itu hanya untuk Tuhan? Dan semangat humanistik itu dibarengi oleh materialisme.

Kiasu: Trus apa hubungannya bisa jadi MLM?

Reffie: MLM ini kan sistem marketing baru di mana manusia yang sudah diracuni humanis materialistik terus berusaha bagaimana mereka mendapatkan kepuasan diri. Caranya yaitu dengan mendapatkan lebih banyak materi walaupun itu harus mengorbankan orang lain demi mencapainya.

Kiasu: Wah manusia menjadi homo homini lupus yah, manusia menjadi pemangsa sesamanya.

Reffie: Manusia terus berusaha bagaimana bisa dapat untung sebanyak-banyaknya tanpa saya harus kerja banyak. Maka terciptalah MLM di mana saya tidak perlu kerja keras, karena setelah downline-ku bekerja, saya menikmati sebagaian hasil dari kerja keras mereka.

Susan: Tapi para downline tersebut kan juga nanti ada waktunya mereka juga tidak usah kerja keras lagi kalau mereka sudah mencapai target downline yang diperlukan. Adil donk kalau dulu kita kerja keras lantas sekarang menikmati hasilnya, mereka juga akan menikmatinya tetapi harus kerja keras dulu sekarang.

Reffie: Berarti kalau filosofi kerja yang di-promote oleh MLM adalah menikmati hasil kerja keras orang lain, itu tidak sesuai dengan prinsip biblikal di mana orang yang bekerja patut mendapatkan upah mereka. Dan lagian tujuan kerja bagi orang Kristen bukan untuk cepat-cepat retire kaya tetapi di dalam kerja itu sendiri ada makna yang kita capai untuk memuliakan Tuhan.

Steve: Iyah MLM beda yah dengan dulu, di mana orang harus bikin perusahaan dengan modal dan tenaga kerja yang harus dipikirkan dengan matang di tengah dunia usaha yang kompetitif. Di sini masih keliatan lebih fair walaupun nggak sempurna karena tetap bisa diselewengkan. Ini adalah satu sistem di mana hasil dibagi berdasarkan tanggung jawab pekerjaan. Yang pegang tanggung jawab besar, gajinya besar; yang tanggung jawab kecil, dapetnya juga kecil. Hmm.... Gini deh biar kita juga mengerti point of view dari orang MLM sendiri, gimana kalo Susan jelasin ke kita pandangan kamu mengenai MLM?

Susan: (Dengan bersemangat) Nah sekarang giliranku. Menurutku, so far, MLM is a reeeaally grreeeaaaatt system. Ini adalah sebuah sistem yang bermula dari inovasi sistem distribusi hingga sekarang menjadi suatu sistem ekonomi yang mencakup banyak hal dan merupakan salah satu industri yang berkembang paling pesat. Kenapa banyak orang begitu skeptik terhadap MLM?

Steve: (Sambil nyeletuk) Iyah gua tuh salah satunya...

Susan: Tuh kan? Banyak orang begitu karena mereka semua masih mempunyai negative thinking yang harus diubah menjadi positive thinking! Kita sebagai manusia ciptaan Tuhan berpeta teladan Tuhan, mempunyai potensi sangat amat besar yang harus kita kembangkan, yang bukan hanya akan mentransformasi diri kita tetapi juga mentransformasi dunia!

Steve: Transformasi dunia boo….

Susan: Kalian ndak sadar yah kalo otak kita itu adalah sebuah hadiah tak ternilai harganya dari Allah. Dia tidak memberikan kita otak sehebat itu supaya kita gagal, tapi justru supaya kita sukses! Kemampuan otak kita itu benar-benar limitless loh. Di MLM, kita dilatih bagaimana kita dapat menggunakan otak kita itu sepenuhnya.

Kiasu: Wah, latihannya seperti apa, San?

Susan: Ini rahasia perusahaan sih.... Tapi since kalian temen-temenku, aku bagi deh. Ini salah satu latihan yang diajarin manajerku yang Kristen dan yang aku latih hampir setiap hari: Kita harus self-talk diri kita sendiri tiap hari kalo Tuhan sayang kita, Tuhan kasih terbaik, kita dicipta untuk sukses, diri kita hebat, kita pasti berhasil! Oh iya, tidak lupa, doa tiap hari minta kekuatan Roh Kudus untuk sukses. Dan hasilnya, aku pribadi cukup sukses! HALELUYA!

Steve: Busyet, San. Konsep itu semua kamu dapat darimana? Gua kok ga tau jadi anak Tuhan bisa seenak itu ya? Tinggal cuap-cuap bisa sukses?

Susan: Yaaa... kalian mah payah. Itu namanya create your own reality. Kalian kan dah cukup lama jadi Kristen masa ga tau beginian? Coba buka Matius 7:9-13 deh. Di situ dibilang kan, Tuhan sebagai Bapa, ga mungkin deh ngasih yang aneh-aneh ke kita. Kita udah dikasih Yesus untuk mati gantikan kita dan bahkan dikasih Roh Kudus supaya tambah hebat dan jadi terbaik loh! Kalian semua tau kan, hidup di dunia ini sangat butuh duit. Kalo ada duit, apapun bisa kamu lakukan, bahkan mendukung gereja. Jadi ini adalah sesuatu yang baik dan pasti Tuhan beri selama kamu minta. Steve, kamu baca deh bukunya Norman Vincent Peale, bagus tuh tentang positive thinking…. Biar gak skeptis terus.

Steve: Trus bagaimana kamu menjelaskan anak-anak Tuhan yang masih hidup miskin?

Susan: Kalo itu mah, karena kurang iman. Tapi puji Tuhan, Haleluya, imanku cukup!

Reffie: Memang di dalam ayat-ayat itu, Tuhan hendak menyatakan betapa besar kasih Allah kepada anak-anak-Nya. Tapi bukan berarti kita bisa seenaknya minta sesuatu kepada Tuhan untuk keegoisan diri kita sendiri.

Susan: Ah, kalian ini terlalu rumit pikirannya. Aku pribadi kenal banyak sekali temen-temen segerejaku yang sukses besar dan mereka dekat sekali dengan Tuhan. Mereka berhasil mengembangkan potensi diri mereka sendiri walaupun bukan hanya melalui MLM. Aku salut dengan orang-orang seperti itu. Lagian, aku ngerasa MLM tidak bobrok. Dia hanya ngadopsi metode yang terbaik dari NAM untuk diterapkan bagi kebaikan kita semua, ya ga? Aku mah, pasti ga setuju monisme dan panteisme. Tapi boleh donk serap hal-hal baik dan diaplikasikan?

Kiasu: Tapi, San, aku rasa MLM bukan mengadopsi metode terbaik dari NAM tapi MLM sendiri adalah salah satu buah NAM. NAM itu sendiri adalah ajaran yang bertolak belakang dengan kebenaran Allah, untuk apa mengadopsi metode-metode dari NAM? Ini pun bukannya untuk kemuliaan Tuhan tapi untuk keuntungan diri sendiri.

Susan: Wah, kalian rame-rame memojokkan aku ya? Coba, sebutkan bagaimana MLM itu bertentangan dengan Alkitab?

Kiasu: Waktu aku menghadiri presentasi yang dibawakan manajer kamu, San, aku jadi sadar kalo goal and dream akhir MLM itu tidak lain adalah untuk diri sendiri. Ujung-ujungnya hanyalah duit, duit, duit lagi dan kesenangan, kenyamanan pribadi.

Susan: Looooh, emang apa salahnya? Kamu terlalu negatif sama MLM, ah! Apa salahnya hidup untuk enjoy ourselves?

Kiasu: Aku udah gumulin ini sewaktu riset tentang MLM. Tujuan hidup kita bukanlah untuk enjoy ourselves melainkan untuk memuliakan Tuhan dan enjoy God.

Steve: Betul. Di bagian awal Westminster Shorter Cathecism sudah ditulis bahwa tujuan hidup manusia adalah memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan untuk selama-lamanya.

Reffie: Manusia diciptakan untuk Tuhan. Alam dan segala sesuatunya termasuk uang diciptakan sebagai alat di tangan manusia untuk memuliakan Tuhan. Tetapi thanks to materialisme, susunan tersebut dibalik. Materi (khususnya kekayaan) menjadi segala-galanya bagi manusia dan Tuhan pun diperalat untuk mencapai segala keinginan kita. Semangat hedonisme menambahkan bahwa highest enjoyment kita adalah menikmati segala kemewahan dan keenakan dunia, bukan Sang Pencipta Dunia. Jadi, dunia ini mengajarkan kita untuk menikmati diri kita sendiri dan dunia, bukan Pencipta kita.

Susan: Erm…. Kalo MLM gak baik, kenapa MLM membawa pengaruh baik bagi anggota-anggotanya? Contohnya dulu sebelum aku join MLM, si Kiasu tau deh kalo aku orangnya sangat tertutup dan minderan. Kerjaanku yah pegawai rendahan, jalanin hidup yah gitu-gitu aja tanpa benar-benar mengerti arti hidup ini. Tapi sekarang setelah mengikuti seminar-seminar pengembangan diri yang diberikan MLM secara reguler, sekarang kalian kan bisa liat sendiri, aku orang yang penuh percaya diri, sukses secara ekonomi, dan punya posisi yang lumayan terpandang.

Reffie: Konsep Alkitabiah tentang harga diri dan kesuksesan adalah bukan apa yang melekat pada manusia, juga bukan prestasi yang dicapai atau jumlah harta yang dimiliki, tetapi karena diri manusia adalah objek kasih Allah—itulah yang membuat manusia terhormat. Tukang sapu yang mengenal keberadaan dirinya sebagai peta dan teladan Allah yang agung lebih hormat dibanding misalnya seorang bos besar milyuner yang korupsi. Dengan kata lain, kesuksesan adalah ketika manusia hidup sesuai isi hati Tuhan bagi dirinya di tempat dan zaman di mana Tuhan menempatkan dia, karena yang memberikan nilai kepada manusia dan yang menilai hidup manusia adalah Tuhan, bukan manusia.

Susan: Manajerku selalu nekanin bahwa kita harus mempunyai mentalitas we are winner, masak jadi tukang sapu… dan aku sih percaya dia gak akan memberikan nasihat yang merugikanku karena kalau bisnisku jelek kan akan berdampak ke bisnis dia juga sebagai upline-ku. Aku sukses, dia ikut sukses. Dia juga bilang kita yang sudah menerima kebaikan tidak boleh disimpan sendiri. Oleh karena itu aku mengajak si Kiasu, bahkan kalian berdua juga, untuk ikut MLM. Tujuan kita adalah to help other people, which in turn will help other people.

Steve: Yang bener adalah to help people to help us back karena sebagai upliner kan dapat bonus dari yang bawah, so make sense kalo mereka mau “menolong” sebanyak-banyaknya orang karena mereka sendiri akan “tertolong” jauh lebih besar.

Kiasu: So UUD yah... ujung-ujungnya duit... ujung-ujungnya diri.

Susan: OK kita sebutlah kita saling membantu. Tapi masa sih kalian tidak bisa melihat banyak kebaikan-kebaikan berharga sistem MLM? Dari tadi liatnya yang jeleknya tok?

Reffie: Susan punya poin yang bagus di situ. Memang sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, ada proses “decay” di mana zaman semakin lama semakin menurun tetapi kita harus percaya bahwa sepanjang sejarah Tuhan masih memberikan anugerah-Nya sehingga di dalam segala “keburukan” yang terjadi di dalam dunia, masih ada “kebaikan-kebaikan” yang dapat kita ambil.

Kiasu: Jadi kita mau melihat anugerah umum atau common grace Tuhan di tengah-tengah keburukan MLM yah? Atau istilahnya seperti di got yang penuh lumpur pun kita masih bisa menemukan mutiara yang berharga.

Susan: Sistem MLM ini kita bisa melihat di perkembangan awalnya mempunyai sisi yang positif, yaitu bentuk pelayanan yang lebih bersifat personal karena menggunakan direct marketing. Penjual musti menawarkan produknya 'one to one basis'. Konsep direct marketing semacam ini mempunyai sisi unggul khususnya jikalau produk yang ditawarkan itu kompleks dan sangat spesifik, sehingga pembeli dapat memperoleh klarifikasi akan produk yang ditawarkan itu sesegera mungkin. Penawaran produk secara personal juga menuntut profesionalitas yang tinggi, dengan demikian kualitas pelayanan juga meningkat.

Kiasu: Betul juga… itu yang menyebabkan saya juga beli beberapa produk kesehatan dari MLM pada awalnya karena temanku yang nawarin itu begitu antusias dan personal.

Susan: Selain itu, program 'continuous skill upgrading' menanamkan kesadaran bahwa keinginan untuk terus belajar tidak boleh berhenti setelah bekerja. Justru peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting kemajuan usaha.

Steve: Apakah sistem kompensasi yang sepenuhnya berdasarkan komisi penjualan produk itu positif karena memberikan dorongan untuk giat bekerja? Sistem gaji tetap kadang-kadang dapat menyebabkan pekerja kurang termotivasi dalam bekerja karena ada perasaan aman dengan gaji yang sudah dijanjikan. Manusia berdosa cenderung malas dan memang malas sih.

Reffie: Walaupun kenyataannya sistem komisi akan membuat orang lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras tetapi prinsip Reformed Theology sangat ketat dalam memandang ke dalam motivasi kita melakukan sesuatu. Kalau hanya karena komisi, baru kerja keras, berarti motivasi utama adalah uang. Reformed menjelaskan seharusnya motivasi dasar kita semua bekerja adalah coram Deo: kita hidup, dalam hal ini bekerja, di hadapan Allah. Contohnya kamu kalau lagi kerja diliatin Bapak Presiden, kamu kerjakan sebaik-baiknya tidak? Pasti. Apalagi kalau di hadapan Allah, kita musti lebih harus kerjakan sebaik-baiknya. Itu baru Reformed!

Susan: Iyah harus sebaik-baiknya, makanya sistem MLM ini mengambil filosofi bahwa ketika seseorang menemukan sesuatu yang baik pasti dia ingin membagikannya kepada orang lain dan kalau bisa orang lain tersebut juga membagikannya kepada orang lain lagi secara natural. Dan di sistem MLM ini, pada prinsip idealnya, ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang baik, maka baik itu ga cuma untuk diri sendiri, tapi untuk orang yang lain juga. Upliner belajar untuk membantu downliner mereka sehingga downliner mereka juga bisa maju.

Kiasu: Lalu kenapa bisa berkembang hingga menjadi seperti ini yah?

Reffie: Karena sinful nature manusia yang self-centred selalu ingin memanfaatkan segala sesuatu termasuk orang lain untuk keuntungan diri. Tadi kan kita dah bahas panjang lebar tentang paham humanis materialistik yang kemudian di-drive oleh NAM membawa MLM seperti sekarang ini. Kenapa banyak orang Kristen tidak mau lebih peduli dalam bidang yang mereka geluti? Kenapa banyak orang Kristen ikut-ikutan menjadikan uang hal terpenting dan Allah pun disisihkan? Biarlah kita semua boleh berefleksi apakah setiap aspek hidup kita memuliakan Tuhan, karena itulah tujuan hidup kita. Dalam mencari uang, baik itu melalui pekerjaan atau bisnis pribadi, kita harus selalu ingat tiga hal penting yang menjadi petunjuk apakah kita sudah memuliakan Tuhan atau belum. Tiga hal ini adalah: pertama, motivasi dalam mencari uang. Kita semua tahu bahwa uang adalah suatu hal yang penting. Tapi bukan berarti kehidupan kita semuanya adalah tentang uang. Uang dan seluruh dunia ini hanyalah sarana untuk memuliakan Tuhan dan bukan tujuan, sehingga Tuhanlah yang seharusnya menjadi pusat dan tujuan hidup kita. Artinya, segala sesuatu dari hidup kita adalah tentang Tuhan, bukan uang. Karena itu, kita harus berhati-hati agar tidak jatuh ke dalam motivasi yang salah di dalam mencari uang. Kita harus dengan sadar mencari uang dalam konteks UNTUK KEMULIAAN TUHAN.

Steve: (Sambil tertawa menyindir) Bukan untuk Rolex tuh, San...

Reffie: Kedua, cara kita mencari uang. Mencari uang sendiri adalah hal yang baik tapi kita harus peka akan cobaan-cobaan yang ada di sekitar kita yang siap menjerumuskan kita ke dalam proses pencarian uang yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Jangan sampai kita ingin dengan cepat atau instan mendapatkan uang dan menghalalkan segala cara. Tuhan memperhatikan secara detil bagaimana manusia bekerja. Seperti Allah juga menetapkan tata cara mempersembahkan korban persembahan di Perjanjian Lama, demikian juga hidup kita yang adalah persembahan yang sejati di hadapan Allah harus sesuai dengan prinsip Firman Tuhan, termasuk dalam hal mencari uang. Ketiga, kesadaran akan tanggung jawab. Sesudah dapat uang, lalu bagaimana? Kita semua harus sadar bahwa segala sesuatu yang kita miliki, termasuk harta, adalah milik Tuhan. Itu hanyalah “titipan Tuhan” kepada kita untuk sementara waktu dikelola oleh kita. Jadi, sudah pasti suatu hari nanti kita semua akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan akan apa yang sudah Dia percayakan kepada kita. Setiakah kita bekerja bagi Tuhan melalui harta yang Dia percayakan? Jadi, sebagai orang Kristen, kita tidak bisa asal ikut perkembangan zaman, tetapi kita harus sadari bahwa setiap sistem mengandung suatu motivasi di dalamnya baik disadari atau tidak oleh yang merancangnya, termasuk MLM. Tugas kita sebagai garam dan terang dunia adalah mengurangi kebusukan dunia, bukan saja mengurangi kebusukan dalam zaman ini tetapi juga menebus seluruh kebudayaan bagi Kristus.

Susan: Sorry yah guys, dah jam 6 nih. Aku harus pergi dulu nih ada seminar dari Anton Robinho di kantorku, ndak boleh telat. Kiasu tolong catetin lagi yah. See ya guys...

Kiasu: Susan, Susan… ya dah kita lanjutin lagi aja. Reff, pertanyaannya sekarang yah mungkinkah ada sistem MLM yang dibangun secara Alkitabiah? Ato istilahnya, MLM yang “di-Kristen-kan”?

Reffie: Kembali ke tiga poin di atas, setiap bisnis Kristen harus dilandasi pada motivasi yang benar, cara yang kudus, dan tujuan yang mulia. Tetapi MLM didasari oleh semangat piramid di mana yang semakin atas semakin untung sedangkan piramid dalam Kristen berbeda total. Prinsip Alkitab adalah barangsiapa ingin menjadi besar baiklah ia menjadi pelayan, sehingga makin ke atas semakin mengorbankan diri. Seorang pengusaha Kristen yang sungguh-sungguh ingin menerapkan prinsip Alkitab dalam usahanya pasti akan susah setengah mati karena prinsip Alkitab bertentangan dengan prinsip dunia yang berdosa ini. Di Indonesia, mana lebih gampang ikutan nyogok tukang pajak atau bayar pajak? Oleh karena itu sistem ekonomi yang benar, harus pikul salib, pasti jauh lebih susah dalam dunia yang berdosa ini. Tapi kalo MLM yang menjanjikan kekayaan dengan instan tanpa kerja lama, pasti langsung disambut hangat. Oleh karena itu MLM berkembang pesat.

Steve: So MLM harus dibuang total? Atau masih bisa kita “repair” untuk dibikin benar?

Reffie: Tuhan Yesus berkata, jangan memasukkan anggur yang baru kepada kantung anggur yang lama. Atau dalam kasus ini sih saya rasa kantung anggur lama (MLM) itu sudah tidak bisa menampung anggur baru yang baik. Oleh karena itu lebih baik ganti kantung anggurnya alias ganti sistem sekalian semuanya. Satu-satunya kantung anggur yang tahan bocor adalah sistem ekonomi yang berlandaskan Reformed theology.

Steve: Lalu bagaimana pendapatmu tentang orang-orang Kristen seperti Susan yang ikut di dalam MLM?

Reffie: Kita tahu Susan adalah orang yang baik dan saleh, tetapi dia tidak mempunyai fondasi pengertian Firman Tuhan yang kuat sehingga dia sama seperti kebanyakan orang Kristen lainnya yang kecemplung ke dalam MLM tanpa mengerti apa MLM dan filsafat di belakangnya. Seandainya mereka sadar, mereka seharusnya waspada. Tetapi banyak yang sudah di dalamnya tidak mudah disadarkan karena mereka sudah biased dan mungkin mereka berpikir kita yang sirik terhadap mereka, apalagi kalau mereka sudah sukses.

Kiasu: Wah agak susah yah mengingatkan Susan tadi. Makanya kita harus doakan dia sebelum kejeblos lebih jauh lagi.

Steve: Lalu gimana sih sistem ekonomi yang Reformed? Gua blum terlalu tau nih.

Reffie: Wah yang kamu tanyakan ini suatu tema besar yang mungkin perlu beberapa pertemuan diskusi lagi. Kamu mau research dulu? Kita sama-sama gumulkan tema ini dan dari diskusi kita siapa tahu berikutnya bisa masuk buletin Pillar lagi.

(Habis)

Multi Level Marketing (MLM) dan Alkitab (Bagian 1)

Sumber: Buletin Pemuda GRII (Pilar)
http://www.buletinpillar.org

Dalam dunia bisnis sekarang istilah Multi Level Marketing (MLM) sudah tidak asing lagi. Kita melihat banyak perusahaan MLM seperti Amway, CNI, NuSkin, Oriflame, dan lain-lain bertebaran mewarnai pasar bisnis Indonesia dan juga dunia. Tidak heran bila banyak orang, termasuk umat Kristiani, tertarik dengan apa yang dijanjikan oleh bisnis ini. Sekilas, MLM adalah usaha yang menguntungkan dengan profil yang menjanjikan. Namun demikian, apakah MLM adalah usaha yang sesuai dengan Firman Tuhan, panutan hidup kita? Apakah yang menjadi pemicu MLM? Apa kelebihan dan keburukannya? Di bawah ini adalah percakapan yang mengupas habis MLM dari sisi historis, filosofis, dan karakteristik untuk memberikan sebuah gambaran yang menyeluruh.

Pada suatu petang, tiga sekawan—Kiasu Nafsu, Steve Skeptik, dan Reffie Reformed—sedang membicarakan tawaran salah satu teman mereka, Susan Sukses, untuk mengikuti bisnis MLM. Berawal dari distributor biasa, Susan yang sudah berkecimpung di dalam bisnis ini selama empat tahun telah berhasil memiliki mobil mewah. Merasa tidak puas dengan penghasilannya saat ini, Kiasu pun tergiur oleh kesuksesan Susan dalam bisnis MLM. Steve, di sisi lain, merasa ragu akan kesempatan yang ditawarkan bisnis ini. Di tengah-tengah argumentasi, mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk meneliti lebih dalam setiap aspek MLM. Janji bertemu di kemudian hari untuk melanjutkan pembahasan ditepati dan inilah kisah hasil penelitian mereka...

Kiasu: Guys, menurut risetku yah... Katanya sistem MLM ini adalah sistem yang paling cepat berkembang belakangan ini dan yang paling menguntungkan. Tapi aku belum sempat riset tentang asal-muasal perkembangannya.

Steve: Eh, justu riset gua tentang itu! Gini loh, cicit buyut asal MLM adalah Skema Ponzi atau yang bahasa kerennya Ponzi Scheme. Ponzi Scheme ini dimulai oleh Charles Ponzi di Boston tahun 1919 ketika dia buka Securities Exchange Company. Dia mulai scheme ini dengan meminjam uang dan mengeluarkan nota pelunasan dalam 90 hari dengan keuntungan 50%.

Kiasu: Hah? Ngasih pinjam uang trus dapet 50% untung dalam 90 hari?

Steve: Iya, makanya... siapa sih yang nggak mau? Scheme-nya si Ponzi langsung melejit, semua membabi buta (kasihan yah udah babi, buta lagi) mau ikutan, dan ini melibatkan hampir semua kalangan… ada politikus, ada polisi, dan sebagainya.

Kiasu: Trus si Ponzi gimana cara bayar 50% keuntungan dari setiap investor?

Steve: Dia menipu para investor-nya dengan menggunakan uang dari para investor baru untuk membayar ‘keuntungan’ para investor lama. Ponzi meraup keuntungan sebanyak US$15 juta sebelum akhirnya dia kena tangkep, dipenjara, dan dideportasi ke Itali tahun 1934.

Reffie: Steve, kenapa emangnya si Ponzi, apa salah dia? Ehm, Ponzi scheme itu gimana sih detailnya?

Steve: Ciri-ciri Ponzi ini adalah nggak ada penjualan barang/jasa tapi cuma bilang ke investor kalo sistemnya rumit dan jadi dirahasiain. Pokoknya, investor dijanjikan keuntungan dengan persentase yang sangat tinggi dalam waktu tertentu. Jadi, pencetus skema ini bertindak sebagai pusat bagi korban-korbannya dan berinteraksi dengan mereka semua secara langsung. Nggak lama kemudian, pencetus skema ini bakalan menghilang dengan semua uang yang telah di-invest kalau nggak mau bangkrut. Atawa, pembuat skema ini hancur karena kekurangan dana baru untuk bayar keuntungan yang dijanjikan atau keburu ketangkep sama polisi kayak si Ponzi.

Reffie: Kreatif juga tuh orang, bisa kepikir gini-ginian. Sayang kreatifitasnya nggak dipakai untuk memuliakan Tuhan.

Steve: Tapi nggak lama kemudian, muncul pyramid scheme (skema piramida) yang mirip Ponzi Scheme. Skema ini memerlukan suntikan dana baru, lalu melibatkan penipuan dalam penerimaan dan pendistribusian uang sedemikian rupa yang memungkinkan keuntungan peserta awal dari kerugian peserta yang bergabung belakangan.

Kiasu: So abis Ponzi, muncul pyramid setelah itu yah?

Steve: Iya, nggak lama setelah itu. Kira-kira tahun 1935, dengan memakai jasa pengiriman pos, beberapa surat berantai mulai bermunculan di Denver, misalnya yang bernamakan ‘Prosperity Club’ dan slogan ‘In God We Trust.’ Berbagai macam surat berantai serupa pun akhirnya menyebar ke seluruh Amerika Serikat pada tahun 1970-an. Cara pyramid ini yaitu surat berantai yang dikirim itu berisi daftar 5-10 nama dan alamat yang didistribusikan ke pembeli. Terus, pembeli diminta untuk mengirim sejumlah uang (misalnya US$1) kepada orang yang namanya di urutan pertama. Pembeli lalu menghapus nama orang pertama tersebut dari daftar, menaikkan nama-nama lainnya satu urutan dan memasukkan namanya sendiri (dan beberapa nama orang lain) di urutan bawah. Daftar terbaru ini lalu di kirimkan ke setiap orang yang terdaftar dan mudah-mudahan prosedur ini akan terulang terus sampai akhirnya nama sang pembeli ini ada di urutan pertama dan mendapatkan keuntungan.

Kiasu: Oh... so mereka yang mendapat surat itu harus meneruskan yah? Kayak dapet e-mail yang minta kita forward ke 10 orang maka bisa enteng jodoh, diberkati, dan kalo ndak bisa kena bisul seluruh tubuh lah, putus cinta lah...

Steve: Polanya emang sama. Trus di taon 1967, Glenn W. Turner mengembangkan sebuah skema distribusi yang mengadopsi konsep surat berantai itu di Orlando, Florida. Perusahaannya bernama Kosmetics Company of Tomorrow (Koscot) Interplanetary, ngakunya sih menjual produk kosmetik dari bahan dasar spesial namun sebenernya dia menjual hak menjadi distributor. Seorang anggota perlu bayar uang keanggotaan dan menjadi distributor, yang memungkinkannya menjual produk kosmetik, tapi yang paling penting, memungkinkannya menjual hak menjadi distributor ke orang-orang lainnya. Ini hampir sama dengan konsep surat berantai, yaitu anggota di urutan teratas dan anggota yang merekrut mendapatkan uang dari anggota baru tersebut. Anggota baru ini sendiri mendapat posisi di urutan bawah.

Kiasu: Jadi si Turner ini polanya lebih kepada jual hak distributor yah dibanding jual produk?

Steve: Iya, produk itu hanya kedok belaka. Selain itu Glenn Turner juga mendirikan perusahaan Dare To Be Great sebagai badan pelatihan para anggota atau calon anggota Koscot Interplanetary yang ‘memaparkan’ kesuksesan dan kekayaan yang menanti mereka.... Tujuan akhir dari pelatihan ini untuk membujuk anggota atau calon anggota untuk membeli paket yang tersedia.

Kiasu: Wah untung besar donk yah dia? Nasibnya trus gimana tuh? Apa sama seperti Ponzi Scheme akhirnya?

Steve: Tahun 1975, Federal Trade Center (FTC) di Amerika Serikat memutuskan kalo sistem piramid yang dipake Koscot Interplanetary adalah ilegal, dan keputusan ini (Koscot 86 F.T.C. at 1180) lalu menjadi penentu definisi apakah sebuah perusahaan dibilang pyramid atau bukan. Ciri-ciri pyramid adalah adanya pembayaran uang oleh peserta ke perusahaan sebagai ganti hak untuk menjual produk dan hak untuk menerima penghasilan karena merekrut peserta-perserta lain ke dalam program-program bonus yang ada. Program bonus ini ternyata nggak berkaitan dengan penjualan produk kepada konsumen. Pyramid ini sekarang udah berkembang jadi banyak variasi, jadinya cukup sulit untuk bisa langsung mengenalinya. Meskipun begitu, ternyata variasi-variasinya punya beberapa kesamaan, yaitu adanya barang untuk diperjualbelikan tapi harganya jauh lebih mahal dari harga pasaran. Hal ini hanya dipake sebagai kedok. Selain itu, ada janji keuntungan yang tinggi buat konsumen atau investor, dan kalo merekrut peserta lain akan langsung dapet keuntungan dari peserta itu. Dan lagi, keuntungan besar dikeruk oleh investor-investor awal lewat kerugian anggota-anggota akhir skema pyramid ini. Ada juga kewajiban untuk bayar biaya keanggotaan baik yang terang-terangan maupun yang terselubung dalam bentuk kewajiban membeli sejumlah produk dan penjualan produk secara personal. Semenjak pyramid ini dilarang oleh pemerintah Amerika Serikat, berkembanglah Multi-Level Marketing (MLM). Pada tahun 1979, Amway dituntut oleh FTC karena didakwa sebagai skema piramid. Namun demikian, Amway berhasil lolos dan kemenangan itu jadi patokan perkembangan MLM secara legal di Amerika Serikat. Dalam keputusan ini, skema yang diadopsi oleh Amway nggak dikategorikan sebagai pyramid scheme. Saat ini, MLM juga dikenal sebagai Network Marketing (NWM).

Kiasu: Oh... berarti MLM legal dong.... Tapi kenapa yah MLM ndak dikategorikan sebagai pyramid scheme?

Steve: Soalnya menurut mereka tuh, skema yang dipakai lebih berperaturan ritel daripada pyramid scheme. Misalnya distributor diwajibkan menjual 70% dari hasil produk yang sudah dibeli kepada non-distributor, trus distributor harus ngejual paling sedikit ke 10 orang setiap bulan dan terakhir inventaris yang nggak kejual boleh dikembalikan.

Reffie: Tapi laen ama kenyataannya tuh. Itu sih boleh jadi panutan yang melegalkan MLM tapi hampir semua perusahaan MLM acuh tak acuh tuh. Masalahnya mereka masih bisa jalan terus karena sistem MLM yang mereka pakai selalu berubah dan bisa berkelit dari hukum. Lagian pihak berwajib mana bisa menyamai kecepatan mereka berubah?

Steve: Sebenernya, MLM adalah pyramid scheme yang terselubung. Kita disuruh beli produk untuk menjadi anggota itu sebenernya adalah uang pendaftaran yang tersembunyi. Plan kompensasi yang disodorkan juga bertujuan untuk merekrut distributor secara terus-menerus. Selain itu, MLM mempunyai ciri-ciri yang sama seperti pyramid scheme dengan beberapa tambahan atau variasi, misalnya MLM biasanya menjual barang yang lebih mahal dibanding barang-barang setarafnya di pasaran, tentunya dengan mengatakan produk mereka lebih unggul. Penjualan ini juga sebenernya merupakan sebuah kedok untuk ‘melegalkan’ pyramid scheme. Untuk orang yang mau ikutan, dia musti beli suatu produk yang harganya biasanya mahal, istilahnya, untuk ‘pembayaran uang keanggotaan’ alias hidden membership fee. Trus mereka menjanjikan keuntungan yang gila-gilaan sehingga dalam waktu beberapa tahun, asal kita rajin rekrut orang, kita bisa pensiun umur muda ... asoy.

Kiasu: Hmm... tapi bukannya MLM lebih dari itu? Sebenernya apa sih yang membuat sebuah bisnis itu MLM?

Steve: Ini emang a bit tricky sih soalnya nggak ada batasan-batasan yang jelas tentang MLM.

Reffie: Emang agak sulit sih, tapi dulu saya ketemu satu artikel yang bagus buat ngejelasin batasan apakah suatu sistem itu MLM atau bukan. Artikel ini ditulis oleh John M. Taylor, Ph.D., presiden dari Consumer Awareness Insitute dan advisor dari Pyramid Scheme Alert di Amerika Serikat. Dia ada bilang lima hal. Pertama, setiap anggota yang sudah direkrut dipersiapkan dan diberikan insentif untuk merekrut orang lainnya, yang kemudian akan dipersiapkan dan diberikan insentif untuk merekrut orang lainnya lagi, dan seterusnya, sehingga jadi rantai perekrutan yang tak habis-habisnya tanpa memperhitungkan kejenuhan market. Kedua, orang naik pangkat dalam MLM bukan karena hasil ditunjuk jadi naik pangkat tetapi karena dia berhasil rekrut banyak orang. Ketiga, seperti yang Steve dah jelasin, orang baru harus “bayar untuk terlibat” kalo pingin ikut program MLM-nya. Keempat, perusahaan MLM bisa ngasih komisi dan bonus kepada distributor sampe beberapa level yang cukup banyak misalnya sampe lima level. Yang terakhir, perusahaan MLM memberi bayaran lebih jika kita merekrut orang dibanding kita beli barang. Jadi lebih untung rekrut orang dibanding mengkonsumsi barang dalam sistem MLM.

Kiasu: Kamu risetnya gahar juga yah? Sebenernya aku udah persiapin beberapa poin positif tentang MLM. Gimana kalo kita coba lihat poin demi poin, mungkin ada yang baik yang boleh kita ambil, sedangkan yang jelek kita buang. Misalnya, pertama, MLM adalah pilihan terbaik untuk memulai bisnis sendiri dan attain real economic independence. Ok dong? Setuju ndak, Steve?

Steve: Hmm... MLM bukan self-employment karena sebenernya bekerja untuk orang-orang di upline. Beberapa MLM bahkan melarang distributor menjual produk dari perusahaan lain. Dan mereka harus hanya taat kepada peraturan dan cara menjual produk yang diberikan satu perusahaan MLM tersebut sehingga penjual nggak boleh sembarangan dalam berkreasi mengaplikasikan teknik marketing lain.

Kiasu: BENER JUGA! Tapi kan MLM bisa dikerjain waktu senggang sehingga menawarkan fleksibilitas besar and personal freedom of time...

Steve: Gua nggak setuju. Justru untuk bisa sukses di MLM dibutuhkan komitmen waktu yang luar biasa panjang dan butuh kemampuan berbisnis juga, sedangkan waktu seseorang nggak maju-maju pasti kena tuduh dia nggak tekun alias males. Loh bukannya awal-awalnya kita diiming-imingi nggak usah jam kerja panjang-panjang tapi waktu kita udah kecemplung mereka bilang kita males, kurang bertekun lah. Ini namanya kontradiksi sendiri.

Kiasu: Oh, aku belum pernah ikut, jadi ndak tau apakah bener begitu. Paling ndak yang aku tau itu MLM adalah metode distribusi yang menekankan distribusi langsung dari produsen kepada konsumen tanpa perantaraan wholesaler/middleman sehingga MLM mengurangi biaya distribusi.

Steve: Apa kamu bener yakin barang mereka lebih murah, Su? Karena natur MLM yang lebih bersifat mencari profit melalui recruitment, perusahaan-perusahaan MLM ini berlomba-lomba bersaing dengan cara menawarkan komisi yang lebih tinggi dibanding perusahaan lainnya. Ada yang bahkan mencapai 60-75% dari hasil penjualan! Semakin tinggi komisi, perbedaan antara company cost dan wholesale price pun harus lebih tinggi. Karenanya, wholesale dan retail price produk tersebut pun semakin tinggi. Tanpa benefit yang lebih superior dari produk lain di pasaran, kita bisa saja akhirnya membeli sebotol 200 ml shampoo, mungkin diiringi dengan klaim nggak berdasar mengenai khasiat kandungan yang hebat seharga Rp 250.000!

Kiasu: Tapi itu kan karena orang-orang yang menjalankannya yang rusak. Sebenernya kalo orang yang menjalankannya bener, misalnya kita orang Kristen, mustinya ndak akan terjadi seperti begitu.

Reffie: Jadi Su, menurut kamu sistemnya atau orang yang menjalankannya yang rusak? Mungkin setelah penjelasan berikut baru kita bisa lebih jelas. Tapi sebelumnya, saya mau menekankan sesuatu. Setelah kita diskusi lebih panjang lebar, yang harus kita sadari yaitu bahwa kita nggak akan ikut MLM hanya karena MLM punya lebih banyak “Plus” daripada “Minus,” tetapi bukankah kita harus bertanya apakah MLM itu sesuai dengan prinsip kebenaran Firman Tuhan atau nggak?

Steve: Wah, ini gua nggak tahu. Emangnya prinsip Alkitab apa yang bertentangan dengan MLM?

Reffie: Emang nggak tertulis jelas-jelas seperti di sepuluh hukum Tuhan, “Jangan ikut MLM,” tetapi semangat dan spirit yang menjiwai MLM pasti nggak sesuai dengan prinsip Alkitab. Untuk menjawab pertanyaan kamu ini, Steve, saya harus menjelaskan cukup panjang mulai dari sejarahnya terlebih dahulu sehingga kalian mengerti dengan tuntas. Saya pernah diajak ikut beberapa tahun yang lalu dan sudah riset cukup banyak sebelumnya. MLM mulai berkembang tahun 1960-an ketika New Age Movement (NAM) sedang semarak melanda dunia Barat. Jadi nggak heran kalo NAM ini menjadi arus zaman yang memicu timbulnya MLM.

Kiasu: Apa hubungan NAM dan MLM? Gimana NAM bisa jadi arus zamannya? Ada-ada aja...

Reffie: Untuk memperjelas hubungan NAM dan MLM, kita musti ngerti dulu NAM dan sejarah perkembangannya. Latar belakang NAM itu awalnya dari kejatuhan zaman modern yang berpucuk pada dua filsafat dasar: Rasionalisme dan Empirisisme.

Kiasu: Bisa tolong jelasin dikit? Kalo udah ngomongin filsafat, aku dah mulai blank nih. Maklum buta filsafat.

Reffie: Rasionalisme ini adalah filsafat mendewakan kemampuan berasio manusia di atas segalanya. Semangat ini menekankan bahwa kebenaran haruslah bisa dibuktikan dan dinalar melalui daya pikir manusia. Sedangkan Empirisisme adalah filsafat pembuktian dan perumusan melalui indera. Dengan kata lain, semua yang nggak masuk akal atau nggak bisa dibuktikan di laboratorium nggak dapat diterima kebenarannya. Dampak dari filsafat ini yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi jadi berkembang pesat. Namun di sisi lain, hal-hal yang berkaitan dengan spiritualitas dan emosional ditekan, bahkan dibuang karena nggak bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Puncak zaman modern, sekaligus akhir daripada perkembangannya, terjadi pada Perang Dunia II. Zaman yang diharapkan mampu membawa kehidupan manusia ke dalam tahap yang sempurna karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi malah membawa kehancuran ke dalam kehidupan manusia, seperti pertumpahan darah akibat haus kekuasaan dan degradasi alam karena eksploitasi habis-habisan. Lalu para filsuf Barat, setelah ngeliat zaman modern runtuh, jadi sadar pentingnya aspek spiritualitas yang mereka dulunya buang. Mereka mulai ngeliat ke dunia Timur di mana hal-hal mistis masih dijunjung tinggi. Para filsuf Barat kemudian mengadopsi filsafat Monisme dan Pantheisme sebagai hasilnya. Monisme boleh dibilang filsafat kesamaan. Filsafat ini pada prinsipnya adalah segala sesuatu, baik alam, manusia, benda mati, dan lain-lain, punya esensi yang sama dan saling terhubung satu dengan yang lain. Dalam prinsip ini nggak ada batasan perbedaan antara mahluk yang satu dengan yang lainnya, termasuk dengan allah. Sedangkan yang kedua, Pantheisme, adalah filsafat realisasi diri manusia sebagai allah. Filsafat ini menekankan bahwa segala hal adalah bagian dari allah, termasuk jagad raya, alam, dan manusia, karena itu segala sesuatu adalah allah. Prinsip ini juga sama dengan Monisme, nggak ada batasan antara pencipta dan ciptaan. Penyatuan antara sisa-sisa zaman modern dan mistik Timur inilah yang kemudian berkembang sebagai filsafat Gerakan Zaman Baru atau New Age Movement (NAM). NAM ini bersemangatkan piramida – we are at the top. We know and we feel that we are at the top. NAM anggap mereka adalah peradaban tertinggi di mana setiap manusia adalah allah-allah kecil dan akan menjadi penguasa jika keallahan di dalam dirinya dibangkitkan. Manusia menyadari bahwa peradaban Barat yang hanya berfokus pada logika dan Timur yang terlalu menekankan mistik, kedua-duanya nggak berfungsi, maka generasi selanjutnya mengambil yang baik-baiknya dari Barat dan Timur: ilmu tertinggi Barat dan filsafat/mistik tercanggih Timur dikawinkan. Mereka percaya bahwa inilah kebudayaan terhebat yang dapat dipikirkan manusia dan sekarang sudah dicapai dalam NAM. This is the best we can reach. Inilah puncak dari apa yang manusia dalam kebudayaan idam-idamkan dan impikan. We are at the top!

Kiasu: Menarik juga! Tapi terus apa hubungannya?

Reffie: Filsafat dan semangat NAM itulah yang menjiwai sistem MLM. Maka kalau sistemnya sudah rusak dan bobrok, orang-orang yang masuk ke dalam sistem itu otomatis akan terperangkap dalam sistem MLM. NAM mengadopsi mistik Timur dan menganut konsep kebenaran yang relatif seperti yang digambarkan dalam konsep Yin-Yang. Yang hitam nggak hitam seutuhnya, ada putih di dalamnya dan yang putih pun ada hitam di dalamnya. Maka dalam konsep bisnis MLM nggak ada batasan yang jelas antara produsen dan pembeli. Dalam MLM sang pembeli adalah sang produsen juga. Yang beli juga jual dan yang jual juga beli.

Steve: Eh, itu turunan dari ajaran Monisme bukan? Lalu gimana dengan Pantheisme?

Reffie: Pantheisme mengajarkan kita semua adalah allah. Aplikasinya di dalam MLM, kita semua adalah bos. Lain dengan sistem manajerial perusahaan-perusahaan pada umumnya, di mana semua bawahan bertanggung jawab kepada yang di atasnya dan yang di atas juga berhak memecat yang di bawah. Tetapi nggak demikian dengan MLM. Semua upline dan downline sekaligus menjadi bos semua. Kamu adalah bos, saya adalah bos, semua adalah bos, bos adalah semua. Inilah pantheisme dalam dunia bisnis. Dan lagi mistik Timur percaya bahwa kita semua adalah allah yang belum dibangunkan atau masih tertidur, perlu dibangkitkan dan disadarkan terlebih dahulu. Sebenarnya manusia mempunyai potensi nggak terbatas, bukan hanya manusia bisa menjadi allah tetapi manusia sudah allah hanya belum sadar aja. Sedang dalam MLM, potensi manusia nggak terbatas itu dikaitkan dengan kemampuan manusia nggak terbatas untuk mencari sebanyak-banyaknya downline, mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dari sesama manusia lainnya. MLM sangat erat kaitannya dengan motivational seminar, atau human-potential development movement misalnya seperti Anthony Robins yang menulis “Awaken the Giant Within.” Orang-orang MLM harus terus-menerus mengikuti training atau seminar yang bertemakan self-development untuk terus memotivasi dan mengingatkan mereka bahwa mereka adalah allah yang mempunyai potensi nggak terbatas, terutama kepada mereka yang mulai discouraged karena mengalami kesulitan-kesulitan lapangan dalam mencari downline. Seminar bisnis NAM secara kuat menekankan penilaian positif. Beberapa seminar menjual “self congratulation.” Mereka mengatakan bahwa masalah kita, sebagian besar, adalah karena penilaian akan diri kita yang buruk. Untuk menjadi “kapten bagi nasib kita” kita harus menangkap kemudi ini dengan mengagungkan diri kita sendiri tanpa batas. Percaya pada diri sendiri, itulah kuncinya.

Kiasu: Lalu kalo sekarang kita tahu bahwa MLM itu dikemudikan oleh NAM, emang apa bahayanya? Koq aku masih belum jelas bahayanya di mana?

Reffie: Karena MLM di-drive oleh NAM baik secara filsafat maupun semangatnya, maka MLM mempunyai arah dan semangat yang sama seperti NAM.

Steve: Kamu nggak berlebihan, Reff? Segitu mengerikankah?

Reffie: Kita bisa lihat beberapa kengerian yang ditimbulkan oleh MLM baik secara ekonomi maupun secara pengaruh filsafat hidup. Secara ekonomi, MLM adalah suatu sistem yang hanya akan menguntungkan segelintir orang dan merugikan ribuan bahkan jutaan kali jumlah segelintir orang tersebut. Bayangkan suatu sistem MLM yang satu orang harus merekrut 5 orang di bawahnya untuk menjadi downline-nya baru balik modal. Di level kedua, 5 orang tersebut harus merekrut 25 orang untuk balik modal. Di level ketiga adalah 125, dan seterusnya. Su, kira-kira ini bisa bertahan sampai level keberapa? Coba hitung kalau kita ada di level ke-11, perlu berapa orang?

Kiasu: Tunggu yah, aku hitung pake handphone... Level ke-11 adalah errmm… 9.765.625 orang. Wah... hampir 10 juta!

Reffie: 10 juta tuh sudah hampir populasi seluruh Jakarta! Yang mendapat untung adalah segelintir orang di atas sedangkan jutaan orang di bagian paling bawah hanya gigit jari karena sudah nggak ada lagi orang yang bisa dijadiin “korban” mereka. Kamu pikir ini suatu sistem yang masuk akal?

Steve: Gile bener.... Berarti mereka di level atas yang untung besar, untungnya didapat dari kerugian banyak orang di bawah dan yang digembar-gemborkan selalu keuntungan dari segelintir orang yang di atas itu?

Reffie: Yup! Tapi sebetulnya dalam sistem MLM memang hanya segelintir orang yang untung secara ekonomi, tetapi secara keseluruhan semua orang rugi! Rugi apa? Bukan hanya rugi uang, juga rugi tenaga dan waktu. Yang mereka nggak sadar adalah mereka telah menjual jiwa mereka terhadap filsafat Monisme dan Pantheisme di belakang MLM. Dilihat dari sudut pandang filsafat hidup, ini suatu sistem yang kalau dilihat dari pengaruh Zeitgeist begitu luar biasa, karena orang pada umumnya nggak menyadari bahaya yang ditimbulkan, termasuk orang Kristen pun nggak menyadarinya. Berapa banyak orang Kristen yang bukan hanya ikut tetapi juga menjadi suporter kuat MLM tanpa sadar? MLM dengan filsafat NAM berusaha merubah paradigma orang, pertama-tama melalui bidang ekonomi, kemudian akan merembet ke bidang-bidang hidup lainnya.

Kiasu: Tapi... apakah ndak ada nilai positifnya dari sistem ini? Kalau masalah Zeitgeist, mana ada zaman yang ndak ada Zeitgeist-nya? Apa semua sistem yang ada di sepanjang zaman salah semuanya?

Reffie: Mari kita lihat dari sisi Reformed Theology...

(Bersambung ke bagian 2)

Kamis, 16 September 2010

Taman Getsemani

Udah lama ga tulis blog.. huff selain Tuhan Yesus ku yang baik, hanya kepada blog ku inilah aku bisa mencurahkan segalanya.. hari2 yang membuat ku lelah dan tersalib untuk terus maju, berjuang dan bekerja keras.

Hari ini pagi2 udah ke semarang menikmati ramainya pasar tradisional gang baru, pulang beberapa menit yang lalu. sepanjang hari ini ortu selalu bicara tentang menikah, pasangan, mantu dan hal-hal sejenisnya. mendengarkannya membuat ku teringat akan dirinya. aku tahu akhir-akhir ini sejak kejadian itu hubungan kami tidak menjadi baik, semakin mengalami kemunduran. pulang dari semarang ingin hanya tiduran sesaat melepaskan rasa lelah dan tiba-tiba terpikir untuk tulis blog.

Setiap pagi bangun dengan nafas yang berat, seolah-olah terserang sesak nafas setiaphari, berdoa hanya tergeletak dilantai, mengangkat tangan kepada Tuhan dan berteriak kepada-Nya. setiap bunyi BBM ku aku hanya berharap itu darinya. I have 3 wishes in this year. Satu menjadi pribadi yang disiplin, pekerja keras. Dua, menjadi pribadi yang lemah lembut dan rendah hati, mudah dibentuk. Ketiga, aku ingin di usiaku ini aku mejaganya dengan baik. Tak disangka harapanku yang ketiga menghancurkan semuanya. Aku berjuang untuknya, cepat2 selesai kuliah untuk dirinya, membayar harga semua untuknya, tetapi gara-gara 1 kesalahanku, aku tidak menjaganya hari itu seperti permohonanku kepada Tuhan, aku membiarkannya berjalan sendiri, aku merasa dia memblacklist ku dari hidupnya sejak itu. Setelah peristiwa itu aku seperti hancur berantakan, penyesalanku tiada gunanya. Semakin hari semakin hancur hubungan kami di mata ku. Bagaimana dy berpikir? Apa yang ia rasakan tentang hubungan ini? Apakah dia ga peduli? Ga peduli sama aku, sama hubungan ini? Atau karena usianya yang masih teramat muda yang membuatnya tidak memikirkan hal ini?

Hidup seperti tercambuk dan tersalib setiap hari... Seperti mau mati rasanya. Sejak saat itu aku selalu berharap sesuatu yang tidak mungkin terjadi "Tuhan seandainya waktu dapat kuputar kembali di mana saat-saat aku kali pertama berjumpa dengannya di bandara Soekarno Hatta, memulai semuanya dari awal".. bandara Soekarno Hatta menjadi saksi pertemuanku dengannya dan menjadi saksi pula hancurnya hubunganku dengannya. Seolah-olah tonggak penopang perjuanganku runtuh.. Ingin lari ke sisi dunia yang lain rasanya, tapi Tuhan menahanku dengan segudang tanggung jawab di duniaku. Bingung aku bagaimana aku harus memulai memperbaiki hubungan ini.. Atau sebenarnya di matanya tidak ada yang perlu diperbaiki? Karena tak pernah dia memulai mengambil langkah memperbaiki sesuatu. Keras, cuek, angkuh atau aku yang terlalu manja dan lemah?

Terkadang aku merasa ini hukuman, disiplin dari Tuhan akan masa lalu ku yang selalu tak sadar memainkan hati gadis-gadis. Tidak pernah setia dan menetapkan hati pada satu darmaga hati. Melalui peristiwa ini aku baru bisa merasakan bagaimana sakit dan sangat menderita mencintai, mengasihi seperti Yesus mencintai dan mengasihi orang berdosa.

Beberapa hari yang lalu aku merindukannya, menanti nanti saat-saat aku bisa ngobrol-ngobrol by BBM dengannya. tapi apa yang kudapati??? Huff.. Luka lagi.. Sakit hati lagi... Menggores hati, rasanya seperti diiris-iris pisau hati ini saat melihat responnya di BBM. Rasanya mau menyerah sudah... Tapi ada ketakutan tersendiri... Yang aku inginkan adalah dia tau perasaanku, dy tau apa yang aku perjuangkan, aku berjuang membangun hidupku untuknya kelak, selesai semuanya dalam 2-3 tahun mendatang, menikah, punya keturunan, saling mendukung satu dengan yang lain, melewati semuanya bersama-sama dalam susah atau pun senag. Apakah itu juga yang Tuhan inginkan?

Aku pernah berkata kepada alm. kekasihku Yneke.. Kenapa aku ga bisa seperti dulu? Mencintai satu orang dan tetap mencintainya selamanya? Seperti cintaku padamu dulu. Kenapa aku begitu mudahnya berpindah hati? Kemana Edwin yang menjunjung perasaan para gadis? Kemana Edwin yang menjunjung kesetiaan? Malam itu aku bertemu Yneke dalam mimpi dan ia memberikan gadis yang meremukkan hatiku sekarang. Dia berkata "Ini dia sebagai penggantiku untukmu, melaluinya kamu akan belajar kembali mempunyai hati". Haruskah sesakit ini yang terjadi?

Setiap pagi aku berkata kepada Tuhan "Oh Tuhan.. Oh Tuhan gimana ini? Kok gini sih?" Kemudian sore ini aku diingatkan Tuhan melalui peristiwa Getsemani saat Tuhan hendak disalib. Penderitaan-Nya seperti mau mati rasanya secara hati dan fisik. Tuhan berkata kepada Bapa "ya Bapa jikalau boleh lalukan cawan ini dari padaku." Setelah itu "Bukan kehendak-Ku yang jadi melainkan kehendak-Mu". Yesus melakukannya 3 kali. Yesus tidak berkata "Lalukan cawan ini dari pada-Ku" selama berhari-hari, tenggelam dalam kemurungan dan kesedihan-Nya, tenggelam dalam perasaan yang seperti mau mati. Dia tidak menjadi pribadi yang melancholis selama beberapa hari mengasihani dirinya sendiri, murung, seperti putus harapan menangung segala sesuatunya. Ia memilih untuk bangkit saat itu juga dan berkata "Bukan kehendakku yang jadi melainkan kehendak-Mu saja". Berbeda sekali dengan ku, apakah itu yang disebut dengan tidak manja, kuat secara hati, kuat menangung segala sesuatu? Apakah aku berarti pribadi yang lemah hati dan manja?

Aku memang tidak tahu bagaimana aku harus menghadapi ini.. Tidak ada usaha dari dia sama sekali dan aku bingung, tetapi yang aku tahu satu bahwa aku harus kuat, aku tidak boleh lagi bangun dengan beban hati, tidak boleh merasa begitu menderita dan mengasihani diri sendiri, menjadi pribadi yang terlalu melancholis. Aku harus berdiri dan berkata kepada Tuhan, "Kalau Engkau menghendakiku meminum cawan ini, biarlah aku meminumnya seperti yang Kau kehendaki Tuhan". aku memang tidak tahu apa yang harus aku lakukan tapi setidaknya aku tahu bahwa aku harus bangkit menyusun hidupku kembali, memiliki jam kerja dan kebiasaan-kebiasaan sehat lainnya, mengisi masa mudaku dengan membangun masa depanku.. Sampai harinya nanti aku melamarnya untuk menjadi istriku satu-satunya. Sekalipun tidak dia menjadi istriku kelak, seperti yang aku pernah katakan kepada Tuhan tentang Yneke demikian aku akan katakan kepada gadisi cantik ini, putri pujaan hati ku ini, jagai dia dan beri dia pria yang lebih baik dari aku, yang memiliki standar hidup diatas aku, karena aku tidak rela dia jatuh ditangan pria yang salah Tuhan..