Jumat, 09 Januari 2009

keterbukaan

Beberapa hari ini g merenungkan tentang hidup yang terbuka. Setiap kali merenungkan hal-hal yang berbau firman Tuhan yang terlintas di kepala g bahwa segala sesuatu yang firman ajarkan adalah sebuah perintah yang harus dilakukan, bukan sebuah undangan. Begitu juga keterbukaan. Keterbukaan adalah sebuah perintah. Tuhan banyak mengajar kita dalam firman-Nya untuk terbuka Yak 5:16 Tuhan memerintahkan kita untuk saling mengaku dosa di dalam komunitas untuk saling membangun dan menyembuhkan. Dalam setiap prosesi babtisan juga ditekankan untuk mengakui segala dosa baru kemudian menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat (cont. Mat 3:6). Hal ini membuktikan bahwa Tuhan mengajar kita untuk terbuka. Contoh bentuk yang lain tampak dalam perjalanan sejarah umat manusia. Tuhan adalah Tuhan yang Maha mengetahui tetapi dalam sejarah perjalanan PL Tuhan selalu bertanya kepada manusia yang kadang seolah-olah Tuhan tidak tahu (cont. Kej 3:9). G percaya Tuhan bertanya bukan hanya menunjukkan keadilan-Nya sebagai Sang Maha tau tetapi juga Tuhan merindukan bahwa umat-Nya terbuka kepada-Nya. Ketika kita jatuh dalam dosa, Dia sebagai Yang Maha tau masakah tidak mengetahui sebelumnya kalau kita akan jatuh? Ketika kita jatuh Dia memang tahu tapi lebih dari itu Dia mau kita datang kepada-Nya dengan jujur mengakui kejatuhan kita dan bertobat dan semuanya itu Dia mau mendengarnya dari mulut kita sendiri.

Beberapa sahabat-sahabat dan teman-teman g juga ada yang tidak terbuka meski sudah SPK dan melayani. Hidup mereka saat ini memang saya rasa kurang maksimal dan g melihat mereka bertumbuh dengan tidak sehat tapi g bepikir itu adalah jalan hidup yang mereka pilih yang penting buat g adalah sudah ada kebenaran yang mereka pernah dengar dan g percaya Tuhan punya rancangan sendiri atas hidup mereka.

Yang g mau share kan adalah mengenai sikap mereka yang tertutup. Rata-rata buat pria keterbukaan menjadikan mereka makhluk yang rendah harga diri. Ketika ditanya mengenai hidup mereka, yang ditemukan adalah kemarahan karena merasa dicampuri hidupnya. Yang g sedih pernah ada yang yang berkata sama g “ngurusin orang aja lo, lo urus aja diri lo sendiri”. Ketika g menerima kata-kata seperti itu hati g langsung tersayat, sakit hati bercampur ama sedih, apalagi ga tau orang ini udah komsel dan cukup lama ada di lingkungan a2g (memang sih hidupnya tertutup). Tapi yang g belajar adalah ketika mereka berkata-kata menyakitkan atau marah atau melakukan tindakan negatif justru di situlah terbukti bahwa hidup mereka belum pulih, banyak kegagalan karena menghadapi masalah dengan kekuatan sendiri dan tidak mengandalkan Tuhan. Kemarahan mereka menunjukkan pertumbuhan iman mereka yang tidak normal. Karena gengsi mereka berespon demikian. Tidak adanya praktek hidup yang terbuka menjadikan mereka demikian keras.

Yang saya belajar tentang keterbukaan adalah bahwa keterbukaan haruslah menjadi gaya hidup. Jika belum menjadi gaya hidup kita harus memaksa hidup kita menerima gaya hidup keterbukaan.

Kita sebagai pemimpin-pemimpin anak muda yang Tuhan panggil, juga harus fokus terhadap pribadi anak-anak muda yang kita pimpin.

Mari berjuang bersama-sama membangun sebuah generasi buat Tuhan yang bukan hanya tampil berbeda tapi juga menjadi dampak melalui misi amant agung-Nya. Amin. GBU


N/B: keterbukaan itu memang penting tetapi lihat2 dulu kepada siapa selayaknya kita terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar