Senin, 21 September 2009

Memperkatakan Fiman

hari ini ada seseorang yang bertanya kepada saya, "gimana sih caranya ga deg2an waktu presentasi?" kemudian saya jawab saja "biasa klo ak sih memperkatakan firman, itu membantu banget.", kemudian saya juga memberikan beberapa contoh bagaimana menggunakan firman untuk diperkatakan sebelum presentasi. kemudian dia bilang bahwa itukan kalau edwin kotbah masih bisa masuk pake cara itu. intinya bahwa dia berkata memperkatakan firman itu bukan caraku, itu cara seorang pendeta klo ak bukan dengan cara itu pasti.

setelah kami selesai berbincang, saya berpikir sejenak.. bagaimana mungkin seorang kristen yang rajin ke gereja tetap membedakan antara kehidupan rohani dan sekuler (dunia)? 2 hal tersebut adalah hal yang sama. kita dipanggil untuk membawa kehidupan rohani kedalam dunia, kita justru dipanggil untuk tidak membedakannya tetapi mempengaruhi dunia dengan kehidupan roh, salah satu caranya adalah dengan memperkatakan firman. Dalam Yos 1:8 dikatakan, “janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.”. apakah firman ini ditujukan hanya kepada pendeta atau seseorang yang mengambil studi kependetaan? jelaslah tidak! Firman Tuhan ditujukan kepada setiap orang percaya. Alkitab ditulis dalam berbagai bahasa, supaya setiap orang dapat mempelajarinya, mengerti isinya, dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai balasan atas anugerah yang sudah diterimanya melalui Kristus Yesus. setiap kita orang2 yang mengaku sebagai pengikut Yesus dipanggil untuk menghadirkan kerajaan Allah ke dalam dunia ini. bagaimana kita dapat menghadirkan kerajaan Allah jika kita tidak mengenal kerajaan Allah itu sendiri?

Di penghujung perbincangan kami, saya teringat seorang teman juga yang beberapa waktu yang lalu mengalami putus cinta. ia adalah seorang yang hafal firman Tuhan sejak masa mudanya, rajin ke gereja, aktifis di gereja, seorang pemain musik gereja yang fasih bermain keyboard. saat patah hati semangatnya memudar dan selalu murung. makan selalu sendiri, tidak ada senyum, yang tertinggal di wajahnya hanyalah sebuah kesedihan. sampai2 seorang temannya yang juga teman saya, yang terkenal paling arogan, suka goda2 cewe kesana kemari, sering memperkatakan perkataan yang ga membangun, ga suka ikut campur urusan orang, tiba2 berkata, "kamu ini kenapa sih? despert karena diputusin? kok kamu kehilangan semangat, ga seperti waktu dulu ceria, bersemangat, cenderung cuek, terlihat polos dsb? masa gara2 cewe kayak gitu kamu berubah gini. buat apa kamu kegereja tiap minggu, baca firman tiap hari, hafal begitu banyak firman? yang kamu pelajari hanya teori firman aja kan? pas kamu ngalamin kayak gini kamu ga tau apa2 soal firman. mending ak yang meski ke gereja tiap minggu tapi ga baca firman sebanyak kamu tapi tahu bagaimana harus hidup, tau bagaimana menghadapi kesusahan bersama Tuhan. yang kamu pelajari selama ini sisa-sia kan? firman yang kamu pelajari ga bisa kamu gunakan kan?".

saya juga sempat heran dengan teman saya yang despert karena wanita ini. dia seangkatan dengan saya, lebih tau banyak firman, tetapi tidak tahu bagaimana harus menggunakan firman sebagai perkataan penguat diri sendiri. jelas bagi saya ini adalah kesalahan gereja. gereja saat ini banyak yang mengajarkan teori tentang alkitab, dogma-dogma dan tafsiran-tafsiran yang diperbandingkan dengan filosofi2 jaman sekarang, tetapi tidak mengajarkan kepada jemaatnya bagaimana harus hidup dengan panduan firman Tuhan dalam menjalani kehidupan sehari2. belajar banyak dogma, tafsiran dan filsafat2 adalah baik adanya tetapi akan lebih baik jika itu dapat diterapkan dalam kehidupan bermasayarakat, membuat diri semakin dekat dengan Tuhan lebih2 mampu membawa orang lain kepada Tuhan secara pribadi.

memperkatakan firman adalah sesuatu yang penting yang harus kita lakukan. Firman Tuhan tidaklah ditulis dalam bentuk 2 loh batu lagi. di era sekarang ini firman Tuhan seharusnya ditulis dalam hati orang-orang yang percaya. dan hanya satu caranya bagaimana firman dapat ditulis dalam hati kita, yaitu dengan menghafalkannya. waktu yang diberikan kepada kita untuk menghafal kan ayat2 firman Tuhan sangatlah panjang yaitu seumur hidup kita. masakah selama kita hidup kita tidak mampu menghafalkan 1 ayat saja?

Beberapa waktu yang lalu Tuhan sempat ijinkan saya mengalami pentingnya memperkatakan firman dan menyimpan firman dalam hati saya.saat itu Tuhan ijinkan saya ke sebuah negara komunis, yaitu Cina. karena saya belum pernah ke cina sebelumnya jadi saya berpikir itu negara komunis jadi saya ga usah lah bawa alkitab toh juga klo mau baca tiap hari ada di HP saya. Pada hari ke 2 di cina, HP saya hilang karena kecerobohan saya dan saya kehilangan alkitab yang ada di dalamnya. saya merasa seolah-olah firman itu direbut dari tangan saya dengan paksa. saya merasa Tuhan menarik saya memasuki kehidupan tanpa firman Tuhan. selama beberapa hari saya tidak terpikir untuk pinjam kepada kakak saya. dan, selama beberapa hari itu saya hanya bisa mengucapkan firman yang saya sudah hafal, firman yang sudah tertulis dalam hati saya begitu bermanfaat dalam kondisi seperti ini, ini sangat efektif. Tuhan menjelaskan kepada saya bahwa nanti ada masanya di mana alkitab tidak boleh dibaca dengan bebas seperti sekarang dan tidak lagi diperjualbelikan dengan bebas pula. dan ketika saat itu tiba alkitab atau firman Allah yang telah tertulis dalam hati manusia menjadi begitu dibutuhkan, menjadi begitu efektif untuk digunakan dalam menjalani masa-masa sukar.

Iman timbul dari pendengaran akan firman. dalam memperkatakan firman pun kita perkatakan sampai telinga kita mendengar apa yang kita ucapkan. dan ketika kita mendengarnya ada iman yang akan muncul yang membuat kita tetap berpengharapan dan kuat menjalani masa2 sukar. ketika kita sering melakukannya berulang-ulang maka dengan sendirinya kita akan menghafal teks firman Tuhan tersebut. secara otomatis firman itu akan terukir dalam hidup kita dan ketika kita mengalami kesukaran firman itu akan muncul di kepala kita dan akan terukir dii hati kita sebagai suatu rhema.

Ams 3:1, "Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku... Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu..."

Ams 7:1-3, "Hai anakku, berpeganglah pada perkataanku, dan simpanlah perintahku dalam hatimu. Berpeganglah pada perintahku, dan engkau akan hidup; simpanlah ajaranku seperti biji matamu. Tambatkanlah semuanya itu pada jarimu, dan tulislah itu pada loh hatimu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar