Sumber: Buletin Pemuda GRII (Pilar)
http://www.buletinpillar.org
Karena keterbatasan waktu untuk membahas secara menyeluruh ulasan Firman Tuhan mengenai MLM, Kiasu, Reffie, dan Steve setuju untuk bertemu kembali seminggu kemudian dan masing-masing akan meriset lebih jauh mengenai hal-hal yang telah mereka dapatkan. Lima hari berlalu, Susan dan Kiasu bertemu di Café Pillar untuk membahas perekrutan Kiasu menjadi anggota MLM.
Susan: Jadi gimana, kamu udah mikir-mikir blom tentang join MLM yang waktu itu kamu dateng presentasinya?
Kiasu: Aku agak ragu nih sekarang karena kemarin aku ngobrol-ngobrol ama Steve dan Reffie. Menurut mereka sih, terutama Reffie yah, MLM itu kurang bagus dan juga ndak biblikal.
Susan: Heh? Gak biblikal? Yang bener aja…. Wong manajerku juga dari satu gereja denganku koq. Aku sih ndak meragukan kekristenannya dia deh. Orangnya baik, berkharisma lagi. Mana dia selalu kasih persembahan besar untuk gereja. Dia bahkan di presentasi yang waktu itu quote beberapa ayat Alkitab yang mendukung, kan? Justru sepertinya sistem MLM sesuai dengan beberapa prinsip Alkitab. Coba jelaskan apanya yang bertentangan?
Kiasu: Emang mereka sih ndak banyak ngutip ayat Alkitab secara jelas-jelas tetapi katanya MLM ini berkaitan erat dengan filsafat New Age.
Susan: Filsafat New Age? Itu yang sering bermeditasi segala bukan? Masa sih ada hubungannya ama MLM? Kalo ada pun, emang apa jeleknya New Age? Emang kita kan dah berada di Zaman Baru. Orde Baru sudah berlalu. Namanya juga kemajuan zaman.... Bagus donk!
Kiasu: Emang sih waktu manajermu presentasi terlihat sangat convincing. Tetapi apa yang dijelaskan ama Reffie kemarin juga banyak membukakan tentang kebobrokan MLM. Sayang kamu ndak ada sih kemarin waktu kita diskusi.
Susan: Aah, masa sih MLM bobrok? Wah, mereka mau merusakkan nama baek MLM nih! Mungkin mereka ga gitu suka kita sukses, Su! Atau mereka tipe yang males-malesan? Sejauh ini MLM yang aku ikutin ga bobrok kok.... Jangan mau kemakan ama omongan mereka, Su!
Kiasu: Eh, tunggu dulu.... Jangan cepet-cepet ambil konklusi kayak gitu, San. Mereka tau apa yang mereka bicarakan loh. Selain tentang semangat New Age yang ada di belakang MLM, waktu itu kita diskusi tentang sejarah MLM yang mungkin kamu sendiri ndak tau. Kebetulan aku bawa catetan singkat tentang hasil pembicaraan kemaren. Nih, mau baca bentar?
Susan: Hehe.... Bener-bener kiasu sekali kamu ini, sampe semua dicatetin. Mana, sini, aku baca...
Susan membaca catatan Kiasu. Sementara itu, Kiasu pelan-pelan mencicipi Mocha Latte-nya...
Susan: Hmm... dalem juga bahan yang kalian bahas. Jujurnya sih aku ga pernah tau sejarah MLM sampai segitunya. Tapi aku tetep ga setuju kalo MLM itu buruk. Walopun seandainya jikalau andaikata benar MLM dipengaruhi New Age, aku yakin banyak sekali MLM-ers seperti aku yang menjalankan MLM tanpa bermotivasi filsafat New Age. Dan kamu sendiri tahu kalo ada ayat-ayat Alkitab yang mendukung MLM. Selama sesuatu itu baik dan didukung Alkitab, then why not? Coba, ayat mana sih yang menentang MLM?
Kiasu: Wah, kalo tentang ini, aku juga ndak gitu ngerti. Tapi, lusa kita ketemuan lagi di sini jam 4 sore untuk bahas positifnya MLM. Kamu bisa nanya ke mereka langsung kalo kamu ikut. Gimana, mau?
Susan: Boleh juga! Aku mau diskusi langsung sama mereka. Ga rela MLM dijelek-jelekkan begitu! Eh, btw, aku pinjem catetan kamu ya? Aku mau coba cerna and counter-argue. Kalo aku bisa counter mereka, siapa tau mereka mau join MLM juga akhirnya?
Kiasu: Haha... mencari kesempatan dalam kesempitan nih yeee? Ya udah, pinjem aja.... Tapi lusa jangan lupa balikin ke aku ya? Oh iya, jangan lupa bawa Alkitab juga!
Dua hari berikutnya di café yang sama.
Susan: Guys, Sayang aku nggak ikut waktu itu yah. Menurut Kiasu, I miss a good discussion on MLM. Tapi aku uda baca catatan yang ditulis Kiasu tentang diskusi kalian.
Steve: Enak juga ya, kalo punya sekretaris kaya Kiasu? Waktu hari itu, dia pake jurus nyatet-tanpa-bayangan. Cepet banget! Hehehe.… Anyway, back to the topic. Menurut kamu gimana hasil diskusi kita, San?
Susan: Kalau menurut apa yang dipaparkan sih, poin-poin yang kalian kemukakan itu sih terlalu biased yah. Mungkin karena kalian belum pernah join sistem MLM sebelumnya. Beda donk dengan aku yang udah tau luar dalamnya dan juga udah menikmati sebagian dari apa yang MLM tawarkan (sambil menggoyang-goyangkan jam Rolex-nya).
Steve: Ato mungkin juga terlihat biased karena kamu yang sudah kurang objective lagi, kan kamu sudah terlanjur nyemplung di dalem MLM cukup lama.
Reffie: Ehem ehem, sebaiknya kita memulai diskusi kita ini dengan attitude yang benar yaitu untuk mencari kebenaran. Yang memang baik harus kita bilang baik dan juga sebaliknya, yang buruk harus kita bilang buruk. Dan tentunya standar pengukur baik atau buruk itu bukan diri kita sendiri tetapi Alkitab, Firman Allah sendiri. Semua setuju kan?
Semua: Setuju!
Reffie: Kita rencananya mau bahas sisi positif MLM pertemuan ini. Tapi sebelumnya, aku rasa kita harus tau bagaimana pandangan Alkitab tentang MLM ini. Bagaimana hasil research kalian, guys?
Steve: Gua waktu merenungkan dan research lebih dalem, ada yang mengatakan bahwa memang NAM yang men-drive tetapi arus pokok MLM tuh adalah filsafat humanis materialistik di mana selalu tujuan akhir MLM adalah to get material success yaitu dengan cara membuat manusia sadar bahwa dia itu sebenarnya mampu, bukan hanya mampu tetapi juga harus mencapai goal tersebut.
Susan: Loh apa salahnya? Kan material success itu juga salah satu tanda berkat Tuhan. So biar orang dunia bisa lihat bahwa Tuhan memberikan berkat-Nya melimpah kepada kita sebagai bukti kita orang Kristen.
Reffie: Di Yeremia 9:23 dikatakan, “Beginilah firman TUHAN: ‘Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena...’” Karena apa?
Kiasu: Ayat 24 yaitu bahwa “ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.”
Reffie: Kita tetap harus ingat bahwa menjadi kaya itu tidak salah, tetapi sumber, cara mendapatkan, dan motivasinya harus benar di hadapan Tuhan, baru kita bisa bertanggung jawab atas kekayaan kita sebagai anugerah Tuhan. Biar tidak ngelantur ke mana-mana pembahasan kita, jadi gimana kalau kita mulai dari original purpose dari marketing hingga berkembang menjadi MLM, kemudian apa yang Alkitab soroti dalam perkembangan tersebut terutama khususnya tentang MLM, lalu common grace apa yang ada di MLM. OK ga?
Steve & Kiasu: Sip!
Susan: Aku sih OK-OK aja. Penasaran juga pengen tau. Tapi kalo bisa, pembahasannya jangan kelamaan. Aku nanti jam 6 udah harus pergi ada seminar penting.
Reffie: Ok, San. Pengertianku dalam perkembangan marketing ini juga terbatas, mari yok kita sama-sama memikirkan. Apa sih marketing dan tujuan awalnya?
Kiasu: Orang marketing pasti tau marketing itu tentang 4P – Product, Price, Promotion, and Place atau distribusi.
Reffie: Awalnya semua produk yang dihasilkan haruslah hasil produksi yang berkualitas dan bertanggung jawab untuk memenuhi tuntutan kebutuhan. Marketing bertugas menjembatani antara yang menghasilkan produk dan yang membutuhkan produk tersebut, tetapi bagaimana zaman sekarang?
Kiasu: Marketing bukan lagi berfungsi untuk menjembatani sampai kepada yang butuh melainkan gimana caranya nyiptain keinginan yang mungkin manusia sama sekali ndak butuh sebenarnya.
Steve: Betul tuh, kalian masih ingat mainan tamagochi alias virtual pet? Itu contoh paling jelas tuh soalnya adik gua tergila-gila, padahal kalau dipikir-pikir siapa yang butuh?
Reffie: Untuk menghemat waktu, kita tidak detilkan satu persatu, tapi kita tahu 4P sudah diselewengkan demi memuaskan nafsu yang tidak terkendali.
Susan: Nafsu apa?
Reffie: Manusia hanya bisa dua jenis: yang hidup untuk Tuhan atau yang hidup untuk Setan. Jadi kalau ditanya nafsu apa, jawabannya nafsu yang tidak untuk Tuhan.
Steve: Contohnya semangat humanis yang kamu sebut-sebut tadi itu yah?
Reffie: Iyah, kita sebagai orang Kristen yang sejati harusnya menerapkan prinsip ekonomi yang selalu berpulang kepada doksologi Kristen “segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemuliaan untuk selama-lamanya,” tetapi semangat humanis menjadikannya segala sesuatu adalah dari saya, oleh kekuatan saya, dan kepada saya. Segala kemuliaan untuk saya/diri pribadi. Mungkin kita katakan bukan untuk diri semata-mata, tapi apakah itu hanya untuk Tuhan? Dan semangat humanistik itu dibarengi oleh materialisme.
Kiasu: Trus apa hubungannya bisa jadi MLM?
Reffie: MLM ini kan sistem marketing baru di mana manusia yang sudah diracuni humanis materialistik terus berusaha bagaimana mereka mendapatkan kepuasan diri. Caranya yaitu dengan mendapatkan lebih banyak materi walaupun itu harus mengorbankan orang lain demi mencapainya.
Kiasu: Wah manusia menjadi homo homini lupus yah, manusia menjadi pemangsa sesamanya.
Reffie: Manusia terus berusaha bagaimana bisa dapat untung sebanyak-banyaknya tanpa saya harus kerja banyak. Maka terciptalah MLM di mana saya tidak perlu kerja keras, karena setelah downline-ku bekerja, saya menikmati sebagaian hasil dari kerja keras mereka.
Susan: Tapi para downline tersebut kan juga nanti ada waktunya mereka juga tidak usah kerja keras lagi kalau mereka sudah mencapai target downline yang diperlukan. Adil donk kalau dulu kita kerja keras lantas sekarang menikmati hasilnya, mereka juga akan menikmatinya tetapi harus kerja keras dulu sekarang.
Reffie: Berarti kalau filosofi kerja yang di-promote oleh MLM adalah menikmati hasil kerja keras orang lain, itu tidak sesuai dengan prinsip biblikal di mana orang yang bekerja patut mendapatkan upah mereka. Dan lagian tujuan kerja bagi orang Kristen bukan untuk cepat-cepat retire kaya tetapi di dalam kerja itu sendiri ada makna yang kita capai untuk memuliakan Tuhan.
Steve: Iyah MLM beda yah dengan dulu, di mana orang harus bikin perusahaan dengan modal dan tenaga kerja yang harus dipikirkan dengan matang di tengah dunia usaha yang kompetitif. Di sini masih keliatan lebih fair walaupun nggak sempurna karena tetap bisa diselewengkan. Ini adalah satu sistem di mana hasil dibagi berdasarkan tanggung jawab pekerjaan. Yang pegang tanggung jawab besar, gajinya besar; yang tanggung jawab kecil, dapetnya juga kecil. Hmm.... Gini deh biar kita juga mengerti point of view dari orang MLM sendiri, gimana kalo Susan jelasin ke kita pandangan kamu mengenai MLM?
Susan: (Dengan bersemangat) Nah sekarang giliranku. Menurutku, so far, MLM is a reeeaally grreeeaaaatt system. Ini adalah sebuah sistem yang bermula dari inovasi sistem distribusi hingga sekarang menjadi suatu sistem ekonomi yang mencakup banyak hal dan merupakan salah satu industri yang berkembang paling pesat. Kenapa banyak orang begitu skeptik terhadap MLM?
Steve: (Sambil nyeletuk) Iyah gua tuh salah satunya...
Susan: Tuh kan? Banyak orang begitu karena mereka semua masih mempunyai negative thinking yang harus diubah menjadi positive thinking! Kita sebagai manusia ciptaan Tuhan berpeta teladan Tuhan, mempunyai potensi sangat amat besar yang harus kita kembangkan, yang bukan hanya akan mentransformasi diri kita tetapi juga mentransformasi dunia!
Steve: Transformasi dunia boo….
Susan: Kalian ndak sadar yah kalo otak kita itu adalah sebuah hadiah tak ternilai harganya dari Allah. Dia tidak memberikan kita otak sehebat itu supaya kita gagal, tapi justru supaya kita sukses! Kemampuan otak kita itu benar-benar limitless loh. Di MLM, kita dilatih bagaimana kita dapat menggunakan otak kita itu sepenuhnya.
Kiasu: Wah, latihannya seperti apa, San?
Susan: Ini rahasia perusahaan sih.... Tapi since kalian temen-temenku, aku bagi deh. Ini salah satu latihan yang diajarin manajerku yang Kristen dan yang aku latih hampir setiap hari: Kita harus self-talk diri kita sendiri tiap hari kalo Tuhan sayang kita, Tuhan kasih terbaik, kita dicipta untuk sukses, diri kita hebat, kita pasti berhasil! Oh iya, tidak lupa, doa tiap hari minta kekuatan Roh Kudus untuk sukses. Dan hasilnya, aku pribadi cukup sukses! HALELUYA!
Steve: Busyet, San. Konsep itu semua kamu dapat darimana? Gua kok ga tau jadi anak Tuhan bisa seenak itu ya? Tinggal cuap-cuap bisa sukses?
Susan: Yaaa... kalian mah payah. Itu namanya create your own reality. Kalian kan dah cukup lama jadi Kristen masa ga tau beginian? Coba buka Matius 7:9-13 deh. Di situ dibilang kan, Tuhan sebagai Bapa, ga mungkin deh ngasih yang aneh-aneh ke kita. Kita udah dikasih Yesus untuk mati gantikan kita dan bahkan dikasih Roh Kudus supaya tambah hebat dan jadi terbaik loh! Kalian semua tau kan, hidup di dunia ini sangat butuh duit. Kalo ada duit, apapun bisa kamu lakukan, bahkan mendukung gereja. Jadi ini adalah sesuatu yang baik dan pasti Tuhan beri selama kamu minta. Steve, kamu baca deh bukunya Norman Vincent Peale, bagus tuh tentang positive thinking…. Biar gak skeptis terus.
Steve: Trus bagaimana kamu menjelaskan anak-anak Tuhan yang masih hidup miskin?
Susan: Kalo itu mah, karena kurang iman. Tapi puji Tuhan, Haleluya, imanku cukup!
Reffie: Memang di dalam ayat-ayat itu, Tuhan hendak menyatakan betapa besar kasih Allah kepada anak-anak-Nya. Tapi bukan berarti kita bisa seenaknya minta sesuatu kepada Tuhan untuk keegoisan diri kita sendiri.
Susan: Ah, kalian ini terlalu rumit pikirannya. Aku pribadi kenal banyak sekali temen-temen segerejaku yang sukses besar dan mereka dekat sekali dengan Tuhan. Mereka berhasil mengembangkan potensi diri mereka sendiri walaupun bukan hanya melalui MLM. Aku salut dengan orang-orang seperti itu. Lagian, aku ngerasa MLM tidak bobrok. Dia hanya ngadopsi metode yang terbaik dari NAM untuk diterapkan bagi kebaikan kita semua, ya ga? Aku mah, pasti ga setuju monisme dan panteisme. Tapi boleh donk serap hal-hal baik dan diaplikasikan?
Kiasu: Tapi, San, aku rasa MLM bukan mengadopsi metode terbaik dari NAM tapi MLM sendiri adalah salah satu buah NAM. NAM itu sendiri adalah ajaran yang bertolak belakang dengan kebenaran Allah, untuk apa mengadopsi metode-metode dari NAM? Ini pun bukannya untuk kemuliaan Tuhan tapi untuk keuntungan diri sendiri.
Susan: Wah, kalian rame-rame memojokkan aku ya? Coba, sebutkan bagaimana MLM itu bertentangan dengan Alkitab?
Kiasu: Waktu aku menghadiri presentasi yang dibawakan manajer kamu, San, aku jadi sadar kalo goal and dream akhir MLM itu tidak lain adalah untuk diri sendiri. Ujung-ujungnya hanyalah duit, duit, duit lagi dan kesenangan, kenyamanan pribadi.
Susan: Looooh, emang apa salahnya? Kamu terlalu negatif sama MLM, ah! Apa salahnya hidup untuk enjoy ourselves?
Kiasu: Aku udah gumulin ini sewaktu riset tentang MLM. Tujuan hidup kita bukanlah untuk enjoy ourselves melainkan untuk memuliakan Tuhan dan enjoy God.
Steve: Betul. Di bagian awal Westminster Shorter Cathecism sudah ditulis bahwa tujuan hidup manusia adalah memuliakan Tuhan dan menikmati Tuhan untuk selama-lamanya.
Reffie: Manusia diciptakan untuk Tuhan. Alam dan segala sesuatunya termasuk uang diciptakan sebagai alat di tangan manusia untuk memuliakan Tuhan. Tetapi thanks to materialisme, susunan tersebut dibalik. Materi (khususnya kekayaan) menjadi segala-galanya bagi manusia dan Tuhan pun diperalat untuk mencapai segala keinginan kita. Semangat hedonisme menambahkan bahwa highest enjoyment kita adalah menikmati segala kemewahan dan keenakan dunia, bukan Sang Pencipta Dunia. Jadi, dunia ini mengajarkan kita untuk menikmati diri kita sendiri dan dunia, bukan Pencipta kita.
Susan: Erm…. Kalo MLM gak baik, kenapa MLM membawa pengaruh baik bagi anggota-anggotanya? Contohnya dulu sebelum aku join MLM, si Kiasu tau deh kalo aku orangnya sangat tertutup dan minderan. Kerjaanku yah pegawai rendahan, jalanin hidup yah gitu-gitu aja tanpa benar-benar mengerti arti hidup ini. Tapi sekarang setelah mengikuti seminar-seminar pengembangan diri yang diberikan MLM secara reguler, sekarang kalian kan bisa liat sendiri, aku orang yang penuh percaya diri, sukses secara ekonomi, dan punya posisi yang lumayan terpandang.
Reffie: Konsep Alkitabiah tentang harga diri dan kesuksesan adalah bukan apa yang melekat pada manusia, juga bukan prestasi yang dicapai atau jumlah harta yang dimiliki, tetapi karena diri manusia adalah objek kasih Allah—itulah yang membuat manusia terhormat. Tukang sapu yang mengenal keberadaan dirinya sebagai peta dan teladan Allah yang agung lebih hormat dibanding misalnya seorang bos besar milyuner yang korupsi. Dengan kata lain, kesuksesan adalah ketika manusia hidup sesuai isi hati Tuhan bagi dirinya di tempat dan zaman di mana Tuhan menempatkan dia, karena yang memberikan nilai kepada manusia dan yang menilai hidup manusia adalah Tuhan, bukan manusia.
Susan: Manajerku selalu nekanin bahwa kita harus mempunyai mentalitas we are winner, masak jadi tukang sapu… dan aku sih percaya dia gak akan memberikan nasihat yang merugikanku karena kalau bisnisku jelek kan akan berdampak ke bisnis dia juga sebagai upline-ku. Aku sukses, dia ikut sukses. Dia juga bilang kita yang sudah menerima kebaikan tidak boleh disimpan sendiri. Oleh karena itu aku mengajak si Kiasu, bahkan kalian berdua juga, untuk ikut MLM. Tujuan kita adalah to help other people, which in turn will help other people.
Steve: Yang bener adalah to help people to help us back karena sebagai upliner kan dapat bonus dari yang bawah, so make sense kalo mereka mau “menolong” sebanyak-banyaknya orang karena mereka sendiri akan “tertolong” jauh lebih besar.
Kiasu: So UUD yah... ujung-ujungnya duit... ujung-ujungnya diri.
Susan: OK kita sebutlah kita saling membantu. Tapi masa sih kalian tidak bisa melihat banyak kebaikan-kebaikan berharga sistem MLM? Dari tadi liatnya yang jeleknya tok?
Reffie: Susan punya poin yang bagus di situ. Memang sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, ada proses “decay” di mana zaman semakin lama semakin menurun tetapi kita harus percaya bahwa sepanjang sejarah Tuhan masih memberikan anugerah-Nya sehingga di dalam segala “keburukan” yang terjadi di dalam dunia, masih ada “kebaikan-kebaikan” yang dapat kita ambil.
Kiasu: Jadi kita mau melihat anugerah umum atau common grace Tuhan di tengah-tengah keburukan MLM yah? Atau istilahnya seperti di got yang penuh lumpur pun kita masih bisa menemukan mutiara yang berharga.
Susan: Sistem MLM ini kita bisa melihat di perkembangan awalnya mempunyai sisi yang positif, yaitu bentuk pelayanan yang lebih bersifat personal karena menggunakan direct marketing. Penjual musti menawarkan produknya 'one to one basis'. Konsep direct marketing semacam ini mempunyai sisi unggul khususnya jikalau produk yang ditawarkan itu kompleks dan sangat spesifik, sehingga pembeli dapat memperoleh klarifikasi akan produk yang ditawarkan itu sesegera mungkin. Penawaran produk secara personal juga menuntut profesionalitas yang tinggi, dengan demikian kualitas pelayanan juga meningkat.
Kiasu: Betul juga… itu yang menyebabkan saya juga beli beberapa produk kesehatan dari MLM pada awalnya karena temanku yang nawarin itu begitu antusias dan personal.
Susan: Selain itu, program 'continuous skill upgrading' menanamkan kesadaran bahwa keinginan untuk terus belajar tidak boleh berhenti setelah bekerja. Justru peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting kemajuan usaha.
Steve: Apakah sistem kompensasi yang sepenuhnya berdasarkan komisi penjualan produk itu positif karena memberikan dorongan untuk giat bekerja? Sistem gaji tetap kadang-kadang dapat menyebabkan pekerja kurang termotivasi dalam bekerja karena ada perasaan aman dengan gaji yang sudah dijanjikan. Manusia berdosa cenderung malas dan memang malas sih.
Reffie: Walaupun kenyataannya sistem komisi akan membuat orang lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras tetapi prinsip Reformed Theology sangat ketat dalam memandang ke dalam motivasi kita melakukan sesuatu. Kalau hanya karena komisi, baru kerja keras, berarti motivasi utama adalah uang. Reformed menjelaskan seharusnya motivasi dasar kita semua bekerja adalah coram Deo: kita hidup, dalam hal ini bekerja, di hadapan Allah. Contohnya kamu kalau lagi kerja diliatin Bapak Presiden, kamu kerjakan sebaik-baiknya tidak? Pasti. Apalagi kalau di hadapan Allah, kita musti lebih harus kerjakan sebaik-baiknya. Itu baru Reformed!
Susan: Iyah harus sebaik-baiknya, makanya sistem MLM ini mengambil filosofi bahwa ketika seseorang menemukan sesuatu yang baik pasti dia ingin membagikannya kepada orang lain dan kalau bisa orang lain tersebut juga membagikannya kepada orang lain lagi secara natural. Dan di sistem MLM ini, pada prinsip idealnya, ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang baik, maka baik itu ga cuma untuk diri sendiri, tapi untuk orang yang lain juga. Upliner belajar untuk membantu downliner mereka sehingga downliner mereka juga bisa maju.
Kiasu: Lalu kenapa bisa berkembang hingga menjadi seperti ini yah?
Reffie: Karena sinful nature manusia yang self-centred selalu ingin memanfaatkan segala sesuatu termasuk orang lain untuk keuntungan diri. Tadi kan kita dah bahas panjang lebar tentang paham humanis materialistik yang kemudian di-drive oleh NAM membawa MLM seperti sekarang ini. Kenapa banyak orang Kristen tidak mau lebih peduli dalam bidang yang mereka geluti? Kenapa banyak orang Kristen ikut-ikutan menjadikan uang hal terpenting dan Allah pun disisihkan? Biarlah kita semua boleh berefleksi apakah setiap aspek hidup kita memuliakan Tuhan, karena itulah tujuan hidup kita. Dalam mencari uang, baik itu melalui pekerjaan atau bisnis pribadi, kita harus selalu ingat tiga hal penting yang menjadi petunjuk apakah kita sudah memuliakan Tuhan atau belum. Tiga hal ini adalah: pertama, motivasi dalam mencari uang. Kita semua tahu bahwa uang adalah suatu hal yang penting. Tapi bukan berarti kehidupan kita semuanya adalah tentang uang. Uang dan seluruh dunia ini hanyalah sarana untuk memuliakan Tuhan dan bukan tujuan, sehingga Tuhanlah yang seharusnya menjadi pusat dan tujuan hidup kita. Artinya, segala sesuatu dari hidup kita adalah tentang Tuhan, bukan uang. Karena itu, kita harus berhati-hati agar tidak jatuh ke dalam motivasi yang salah di dalam mencari uang. Kita harus dengan sadar mencari uang dalam konteks UNTUK KEMULIAAN TUHAN.
Steve: (Sambil tertawa menyindir) Bukan untuk Rolex tuh, San...
Reffie: Kedua, cara kita mencari uang. Mencari uang sendiri adalah hal yang baik tapi kita harus peka akan cobaan-cobaan yang ada di sekitar kita yang siap menjerumuskan kita ke dalam proses pencarian uang yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Jangan sampai kita ingin dengan cepat atau instan mendapatkan uang dan menghalalkan segala cara. Tuhan memperhatikan secara detil bagaimana manusia bekerja. Seperti Allah juga menetapkan tata cara mempersembahkan korban persembahan di Perjanjian Lama, demikian juga hidup kita yang adalah persembahan yang sejati di hadapan Allah harus sesuai dengan prinsip Firman Tuhan, termasuk dalam hal mencari uang. Ketiga, kesadaran akan tanggung jawab. Sesudah dapat uang, lalu bagaimana? Kita semua harus sadar bahwa segala sesuatu yang kita miliki, termasuk harta, adalah milik Tuhan. Itu hanyalah “titipan Tuhan” kepada kita untuk sementara waktu dikelola oleh kita. Jadi, sudah pasti suatu hari nanti kita semua akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan akan apa yang sudah Dia percayakan kepada kita. Setiakah kita bekerja bagi Tuhan melalui harta yang Dia percayakan? Jadi, sebagai orang Kristen, kita tidak bisa asal ikut perkembangan zaman, tetapi kita harus sadari bahwa setiap sistem mengandung suatu motivasi di dalamnya baik disadari atau tidak oleh yang merancangnya, termasuk MLM. Tugas kita sebagai garam dan terang dunia adalah mengurangi kebusukan dunia, bukan saja mengurangi kebusukan dalam zaman ini tetapi juga menebus seluruh kebudayaan bagi Kristus.
Susan: Sorry yah guys, dah jam 6 nih. Aku harus pergi dulu nih ada seminar dari Anton Robinho di kantorku, ndak boleh telat. Kiasu tolong catetin lagi yah. See ya guys...
Kiasu: Susan, Susan… ya dah kita lanjutin lagi aja. Reff, pertanyaannya sekarang yah mungkinkah ada sistem MLM yang dibangun secara Alkitabiah? Ato istilahnya, MLM yang “di-Kristen-kan”?
Reffie: Kembali ke tiga poin di atas, setiap bisnis Kristen harus dilandasi pada motivasi yang benar, cara yang kudus, dan tujuan yang mulia. Tetapi MLM didasari oleh semangat piramid di mana yang semakin atas semakin untung sedangkan piramid dalam Kristen berbeda total. Prinsip Alkitab adalah barangsiapa ingin menjadi besar baiklah ia menjadi pelayan, sehingga makin ke atas semakin mengorbankan diri. Seorang pengusaha Kristen yang sungguh-sungguh ingin menerapkan prinsip Alkitab dalam usahanya pasti akan susah setengah mati karena prinsip Alkitab bertentangan dengan prinsip dunia yang berdosa ini. Di Indonesia, mana lebih gampang ikutan nyogok tukang pajak atau bayar pajak? Oleh karena itu sistem ekonomi yang benar, harus pikul salib, pasti jauh lebih susah dalam dunia yang berdosa ini. Tapi kalo MLM yang menjanjikan kekayaan dengan instan tanpa kerja lama, pasti langsung disambut hangat. Oleh karena itu MLM berkembang pesat.
Steve: So MLM harus dibuang total? Atau masih bisa kita “repair” untuk dibikin benar?
Reffie: Tuhan Yesus berkata, jangan memasukkan anggur yang baru kepada kantung anggur yang lama. Atau dalam kasus ini sih saya rasa kantung anggur lama (MLM) itu sudah tidak bisa menampung anggur baru yang baik. Oleh karena itu lebih baik ganti kantung anggurnya alias ganti sistem sekalian semuanya. Satu-satunya kantung anggur yang tahan bocor adalah sistem ekonomi yang berlandaskan Reformed theology.
Steve: Lalu bagaimana pendapatmu tentang orang-orang Kristen seperti Susan yang ikut di dalam MLM?
Reffie: Kita tahu Susan adalah orang yang baik dan saleh, tetapi dia tidak mempunyai fondasi pengertian Firman Tuhan yang kuat sehingga dia sama seperti kebanyakan orang Kristen lainnya yang kecemplung ke dalam MLM tanpa mengerti apa MLM dan filsafat di belakangnya. Seandainya mereka sadar, mereka seharusnya waspada. Tetapi banyak yang sudah di dalamnya tidak mudah disadarkan karena mereka sudah biased dan mungkin mereka berpikir kita yang sirik terhadap mereka, apalagi kalau mereka sudah sukses.
Kiasu: Wah agak susah yah mengingatkan Susan tadi. Makanya kita harus doakan dia sebelum kejeblos lebih jauh lagi.
Steve: Lalu gimana sih sistem ekonomi yang Reformed? Gua blum terlalu tau nih.
Reffie: Wah yang kamu tanyakan ini suatu tema besar yang mungkin perlu beberapa pertemuan diskusi lagi. Kamu mau research dulu? Kita sama-sama gumulkan tema ini dan dari diskusi kita siapa tahu berikutnya bisa masuk buletin Pillar lagi.
(Habis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar