Minggu, 29 November 2009

Perumpamaan Biji Sesawi dan Ragi (Luk 13:18-21)

Latar belakang konteks periokop dan budaya

Suatu hari Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang sudah delapan belas tahun lamanya dirasuk oleh roh sampai bungkuk dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Kemudian Yesus menyembuhkan wanita ini tetapi kepala rumah ibadat itu gusar/marah oelh karena Yesus menyembuhkannya pada hari sabat, ia melihat bahwa perbuatan Yesus adalah sebuah kesalahan. Karena kegusarannya itu ia menyindir Yesus dan wanita ini dengan berkata kepada orang banyak di ruangan itu bahwa ada enam hari untuk bekerja maka datanglah pada salah satu hari untuk disembuhkan, jangan pada hari sabat. Maksudnya adalah penyembuhan dalam hal seperti ini, di mana nyawanya tidak berada dalam bahaya, dapat menunggu sampai hari kerja. Tetapi Yesus menegur kemunafikan kepala rumah ibadat terhadap hari sabat. Jika ternak dapat dilepaskan pada hari sabat untuk diberi minum, terlebih pula seorang perempuan dapat dilepaskan dari suatu kelemahan. Kemudian Yesus mengutarakan dua perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi.
Sesawi (brassica nigra, Latin | sinapsis, Yunani) merupakan tanaman penting di Israel, tumbuh sebagai tanaman yang beraroma dan bijinya berminyak, biasanya dibuat rempah-rempah dalam bentuk bubuk atau bisa dibuat dalam bentuk pasta / adonan kental. Sedangkan untuk daun yang hijau dapat dimakan sebagai sayuran. Beberapa ahli mengatakan biji sesawi hitam biasanya diolah menjadi minyak yang dipakai untuk keperluan masak memasak. Tanaman pohon sesawi yang besar menjadi kesukaan dan sering dikunjungi oleh burung-burung kecil.

Dalam perumpamaan ragi, seharusnya kata zuma dalam bahasa Yunani berarti adalah adonan asam/ leaven bukan ragi/ yeast. Selain orang Yahudi, kebanyakan orang tidak mengenal kata leaven (adonan asam), dan karena alas an ini maka konsep tentang ragi diperkenalkan. Ragi seperti yang kita ketahui hari ini adalah bersih, segar, bermanfaat, dan bahkan lezat. Ragi dibuat dari pengolahan larutan mineral gula-garam yang ditambahi zat tepung. Tetapi, adonan asam diproduksi dengan menyimpan sejumlah adonan selama satu minggu dan ditambahkan sari buah untuk mempercepat proses fermentasi. Adonan as am dipengaruhi oleh perkembangbiakkan bakteri yang berbahaya, yang akan berlangsung terus di dalam proses pembuatan roti sampai proses tersebut dihentikan, yaitu ketika orang makan roti tidak beragi selama satu minggu, seperti yang mereka lakukan selama Paskah.

Pusat Kebenaran

Kebenaran kerajaan Allah dimulai dari sesuatu yang kecil namun pada akhirnya membawa dampak yang sangat besar. Kebenaran ini mengacu pada karya Yesus di atas kayu salib yang dunia pandang kecil, tidak berarti bahkan hina namun pada akhirnya memberikan kehidupan bagi orang yang percaya.

Tafsiran

(13:18) Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?
(13:19) Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."

Tema pokok dari perumpamaan ini adalah biji sesawi, benih biji sesawi yang sangat kecil mampu bertumbuh menjadi pohon yang besar, rimbun dan sangat tinggi sehingga burung-burung dapat bersarang pada semak-semaknya. Demikianlah hal kerajaan Allah dimulai dari sesuatu yang kecil, yang dunia anggap sebagai sesuatu yang tidak penting namun pada akhirnya menyatakan kemuliaan Kerajaan Allah yang luar biasa besar. Yesus menggunakan contoh sehari-hari untuk memberikan pandangan mengenai dinamika Kerajaan Allah. Kerajaan Allah memang tidak dapat dijelaskan secara tuntas dengan menggunakan bahasa manusia, namun di dalam dunia ini banyak hal yang menggambarkan kerajaan Allah.
Perumpamaan ini mengajarkan kepada kita bahwa pengharapan kerajaan Allah dimulai dengan sesuatu yang dunia pandang kecil, sederhana atau bahkan yang dunia pandang paling tidak berarti namun pada akhirnya menghasilkan suatu pekerjaan yang besar.

(13:20) Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?
(13:21) Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."

Tema pokok dari perumpamaan yang kedua ini adalah ragi, sekali ragi dimasukkan ke dalam tepung, maka ragi itu akan meresap ke dalam seluruh adonan sampai setiap partikel terpengaruh yang mengakibatkan adonan menjadi mengembang. Yesus tidak bermaksud menyebut ragi sebagai sesuatu yang jahat. Dia menggunakan konsep ragi karena kekuatannya yang tersembunyi. Sesudah ragi atau adonan asam dicampur dengan tepung, ragi atau adonan asam tersebut tidak dapat diketemukan lagi. Ragi atau adonan asam tersembunyi dan tidak terlihat, tetapi pengaruhnya dapat dilihat oleh semuanya. Demikianlah cara Kerajaan Allah menyatakan kekuasaan dan kehadirannya di dunia saat ini.

Perumpamaan ragi mengantar kepada pengertian tentang pengaruh Kekristenan dalam dunia. Meskipun jumlah jemaat Kristen perdana sangat kecil, namun perumpamaan ini menjamin bahwa semua usaha mereka akan berbuah dalam kerajaan Allah yang berkembang jika mereka mau memahaminya.

Dalam perumpamaan tentang biji sesawi, Yesus memberitakan penyebaran Kerajaan Allah yang luas dan bersifat keluar. Di dalam perumpamaan tentang ragi, Yesus memusatkan perhatian kepada kekuatan internal Kerajaan Allah, di mana tidak ada satupun yang tidak terkena pengaruhnya.

Penerapan/aplikasi

Hal kerajaan Allah seperti biji sesawi dan ragi dapat kita praktekkan dalam hal yang sederhana.
Contohnya sebagai seorang pimpinan perusahaan atau sebagai karyawan sebuah perusahaan. selalu datang tepat waktu, bijak dalam mengambil keputusan, selalu beres mengaerjakan segala pekerjaan. Menjadikan diri kita sebagai teladan panutan bagi karyawan-karyawan yang lain. Dan bukan hanya sampai di situ saja, kita dapat menjadi tempat para karyawan kita atau teman-teman sesama karyawan bercerita tentang banyak masalah hidup mereka, menyampaikan nilai-nilai kerajaan Allah kepada mereka, Membuat mereka merasa nyaman bercerita dengan pribadi kita.
Sebagai penutup saya akan memberikan kesaksian bagaimana hidup saya Tuhan pakai menjadi “biji sesawi” dan “ragi” melalui hal sederhana yaitu melalui doa.
Saya lahir dalam sebuah keluarga yang beragama Kristen namun tidak lahir baru. Ketika saya bertobat, lahir baru dalam Kristus saya mengerti bahwa saya harus berdoa untuk keluarga saya untuk mereka mengenal Tuhan secara pribadi dan mengenal Dia bahwa Dia adalah Tuhan hidup dalam kehidupan mereka. Awalnya orang tua begitu tidak suka melihat saya rajin ke gereja dan pelayanan, saya dicaci maki dan mereka berkata ke gereja hanya membuang waktu saja. Saya tidak berhenti di situ saya terus berdoa dan percaya selama hampir dua tahun saya mendapat tekanan yang berat dari keluarga. Suatu hari keluarga kami mengalami krisis ekonomi yang cukup parah. Orang tua saya datang ke Jakarta dan mereka cerita banyak hal kepada saya tentang kejatuhan perekonomian keluarga kami. Kemudian hari minggu sebelum mereka pulang ke daerah saya ajak mereka untuk beribadah di gereja di mana saya beribadah. Sepanjang ibadah Tuhan menjamah hati mereka, Tuhan lawat mereka dan mereka lahir baru. Saya percaya ini adalah jawaban atas doa-doa saya selama ini. Mulai saat itu mereka percaya bahwa Tuhan Yesus itu hidup, Tuhan Yesus selalu ada bersama mereka. Mulai saat itu mereka rajin membaca firman. Kegairahan orang tua saya dalam membaca firman Tuhan semakin membuat saya bergairah dalam melayani Tuhan. Hari ini kehidupan mereka menjadi berkat bagi banyak orang, perekonomian kami Tuhan perbaiki dan kembalikan berlipat-lipat dari sebelumnya. Namun bukan hanya sampai di situ saja. Keluarga besar mama saya yang semuanya non-Kristen mulai bertobat satu persatu karena kesaksian keluarga kami. Mulai dari anak-anak mereka dan saudara-saudara mama saya satu persatu menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Keluarga kami menjadi tempat sandaran bagi mereka di mana mereka dapat bercerita pergumulan hidup mereka. Bukan hanya keluarga mama yang percaya saja namun yang masih belum percaya pun mereka sangat diberkati dengan hidup keluarga kami. Mereka tahu keluarga kami berbeda karena ada Yesus dalam hati kami.
Mulai dengan sesuatu yang sederhana yaitu doa, mampu menimbulkan dan mengerjakan perkara yang besar.

VISION

(Kej 37:1-11) Yusuf mendapatkan visi dari Tuhan

Apa itu visi? Tuhan mau kita memiliki visi-Nya.
-Persilangan antara hati Tuhan dan hati kita
-Visi adalah sesuatu yang kita lakukan dengan penuh gairah meski dilakukan tanpa bayaran

Ams 29:18, visi adalah sesuatu yang meng-guide/ menjaga/ mempertahankan hidup kita tetap pada tracknya.

Bagaimana kita memperoleh visi?

1. Sadari bahwa Tuhan menaruh suatu panggilan yang besar dalam hidup kita.
2. Doakan, instrospeksi diri mulai dari sesuatu yang kita interest (dan yang Tuhan juga tertarik), cek dimana hati (gairah) kita dan hati Tuhan saling berpotongan.
3. Lewati prosesnya dan taat lakukan perintah Tuhan
- setia dengan yang kecil
- mulai dari apa yang bisa kita lakukan atau apa yang ada pada kita (selangkah demi selangkah/ step by step)
- terkadang tempat di mana kiita dididik bukanlah panggilan kita tetapi saya percaya Tuhan mau kita belajar sesuatu dari tempat di mana kita dididik supaya kita semakin tajam di dalam panggilan-Nya (batu loncatan).
4. Ketika kita melakukannya Tuhan akan pertajam lewat banyak cara termasuk doa (percaya Tuhan yang akan menyertai kita dalam menemukan visi).

Visi bukan hanya berbicara pelayanan dibelakang mimbar (beberapa orang dipanggil untuk itu memang). Visi Tuhan haruslah seperti garam yang menggarami makanan. Harus menyatu dengan dunia ini tetapi tetap mempertahankan esensinya yaitu rasa asin yang kemudian memberi rasa pada dunia.

• Visi Tuhan akan kita peroleh ketika kita intim dengan Tuhan dan taat melakukan firman-Nya.

• Tidak seorang pun yang dapat menggagalkan apa yang Tuhan sudah rancangkan dalam hidup kita (Kej 50:20)  Yususf tetap menggenapi visi Tuhan meski banyak rintangan, justru rintangan tersebut Tuhan pakai untuk semakin membuatnya tajam dan kuat ketika visi itu tergenapi.

Terpujilah Tuhan

Rabu, 11 November 2009

(Galatia 3) Hanya Oleh Karena Iman Kepada Krsituslah

Surat Galatia pasal yang ke-3 diawali dengan sebuah teguran yang sangat keras oleh rasul Paulus, tentunya bukanlah teguran yang pertama. Kerasnya teguran menunjukkan bahwa kesalahan yang jemaat Galatia lakukan di luar dugaan oleh sebab sudah begitu jelasnya jemaat Galatia mengerti arti pengorbanan Kristus bagi mereka (ayat 2).

Beberapa orang Yahudi menghasut komunitas di Galatia dengan mengembalikan kepercayaan mereka kepada Taurat. Taurat memang berisi tentang kebenaran karena ia berasal dari Kebenaran itu sendiri tetapi fungsi hukum Taurat bukanlah untuk suatu tujuan penyelamatan. Taurat ditujukan kepada manusia untuk menunjukkan betapa manusia tidak mampu memenuhi standard Allah. dengan begitu manusia akan memandang kepada janji yang Allah berikan kepada Abraham yaitu pribadi Kristus yang akan datang di masa depan. jadi Hukum Taurat adalah yang membawa kita kepada Kristus sampai Kristus sendiri datang.

Kejadian 12:7 mengenai janji Allah itu, yang diberikan kepada abraham tentang keturunan Abaraham, ternyata menggunakan seni bahasa totem pro parte (salah satu bentuk seni majas dalam bahasa indonesia), yang berarti seolah-olah ditunjukkan pada banyak orang tetapi sesungguhnya ditujukan pada sebagian orang saja (dalam konteks Kej 12:7, malah hanya kepada 1 orang saja). sudah dijelaskan dengan gamblang dalam Gal 3:16 bahwa tidak ditulis dengan menggunakan kata "keturunan-keturunan" (jamak). lebih ditegaskan lagi "yaitu Krsitus". jelaslah bahwa dalam kejadian 12:7 Allah sedang berbicara kepada Abraham mengenai Kristus yang akan datang. Abraham percaya hal itu dan itu dinilai sebagai kebenaran oleh Allah. Iman inilah yang menyelamatkan orang sebelum Kristus sungguh-sungguh dinyatakan di dunia. Yaitu iman percaya kepada Kristus yang akan datang.

Janji ini diberikan kepada Abraham 430 tahun sebelum Taurat ada. Janji ini tidak dapat dibatalkan dengan adanya hukum Taurat yang baru ada terkemudian. Jika dapat dibatalkan makan Allah berdusta kepada Abraham, padahal Allah tidak dapat mengingkari diri-Nya sendiri. jika Allah dapat melakukannya maka Ia yang kita sebut sebagai Allah bukanlah Allah. dan, janji ini adalah pusat dari iman Abraham. Oleh karena percaya kepada janji akan datangnya seorang Mesiaslah Abraham diselamatkan.

kemudian muncullah pertanyaan, jika janji keturunan itu adalah Kristus siapakah kita? apakah kita bukan disebut keturunan Abraham?
Ayat 22b, 26-29 dengan sangat gamblang menjelaskan bahwa semua kita yang mengaku percaya kepada Kristus adalah anak-anak Allah dan melalui Kristus pulalah kita disebut keturunan Abraham. Kristus adalah satu-satunya jalan bukan salah satu jalan kepada Bapa dan janji keturunan Abraham.

Amin.

SOLI DEO GLORIA