Yoh 4:32, Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal."
Ayat ini yang jadi bahan perenungan saya minggu-minggu ini. Secara keseluruhan cerita ini menceritakan ada seorang Samaria yang menerima Yesus dan lahir baru. Ketika wanita ini lahir baru ia pergi ke desanya menceritakan apa yang ia baru saja alami tentang pertobatannya. Dalam waktu yang sama saat wanita ini menceritakan pertobatannya ke seluruh kotanya, murid-murid Yesus datang dan memberikan makanan pada Tuhan Yesus. Tetapi jawab Yesus,
“Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.”
Murid-muridnya berpikir bahwa ada orang lain yang memberinya makanan. Tetapi jelas bahwa bukan makanan jasmani yang Yesus maksudkan. Ternyata menginjil adalah “makanan rohani” buat Tuhan Yesus. Menginjil adalah makanan rohani kita.
Makanan adalah kebutuhan pokok tubuh jasmani kita. Tanpanya kita tidak akan memiliki semangat dan kekuatan, malahan dapat membuat kita mati kelaparan. Sama halnya dengan melakukan amanat agung. Melakukan amanat agung adalah makanan rohani untuk roh kita, menceritakan pribadi Yesus kepada orang lain yang belum mengenal Yesus adalah kebutuhan roh kita. Jadi benarlah yang Yesus katakan bahwa amanat agung adalah “makanan”.
Amanat agung atau penginjilan adalah tindakan yang lahir dari rasa belas kasihan dalam hati kita. Ada banyak orang Kristen yang mundur dari keradikalannya melayani Tuhan bukan karena kecewa atau karena pasangan yang tidak seiman dan sepadan, tetapi hanya karena BOSAN, bosan menjadi orang Kristen. Apakah mereka berdoa dan bersaat teduh? Ya mereka berdoa dan bersaat teduh, mereka radikal melayani Tuhan. Tetapi mengapa mereka berubah?
Mereka berubah karena mereka sudah kehilangan belas kasihan itu. Belas kasihan membuat roh kita tetap hidup. Apa itu belas kasihan? Menurut salah seorang pemimpin (saya setuju dengan pendapat beliau), belas kasihan adalah perasaan ingin yang lahir dari hati untuk melakukan sesuatu bagi orang lain. Inilah yang harus tetap kita jaga, minimal ketika kita berjumpa dengan orang lain yang belum kenal Yesus, kita rindu bercerita mengenalkan pribadi Yesus. Mungkin sampai akhir pertemuan kita tidak menceritakan tentang Yesus, hanya berkenalan, basa-basi atau malah tidak membuka percakapan sama sekali karena takut, dsb. Tetapi, minimal perasaan menginjil, mengenalkan tentang Yesus inilah yang harus ada. Inilah belas kasihan. Atau mungkin, kepada teman-teman kita sendiri yang belum mengenal Yesus atau yang sudah mengenal Yesus tetapi kacau hidupnya, adakah kerinduan mengenalkan Yesus melalui gaya hidup, menjadi sahabat mereka supaya mereka dapat melihat hidup kita?
Milikilah belas kasihan itu dan taatlah melakukannya sebab itulah “makanan” kita.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar